Page 57 - MODUL 3
P. 57
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa yang satu, bahasa Indonesia.
Suasana persatuan dalam Kongres Pemuda yang ke-II makin kuat dengan diperdengarkannya
lagu Indonesia Raya oleh Wage Rudolf Supratman yang juga sebagai pencipta lagu tersebut.
Wage Rudolf Supratman memperdengarkan lagu Indonesia Raya melalui gesekan biola karena
Belanda melarang menyanyikannya pada saat itu. Pada saat itu juga ditetapkan bendera merah
putih sebagai bendera nasional Indonesia. Sumpah pemuda menjiwai seluruh bangsa Indonesia
dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Inti dari sumpah pemuda adalah satu nusa,
satu bangsa, dan satu bahasa. Satu nusa bermakna, bangsa Indonesia mengaku bertanah air satu,
tanah air Indonesia. Wilayah Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil tersebar dari
Sabang sampai Merauke. Antarpulau dipisahkan oleh lautan. Keadaan seperti ini tidak memudarkan
semangat bangsa Indonesia untuk bersatu. Oleh karena itu, bangsa Indonesia membentuk sebuah
negara kesatuan, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
3. Pergerakan Nasional pada Masa Pendudukan Jepang
Sebelum berlangsungnya Perang Dunia II, telah terjadi hubungan antara tokoh-tokoh nasionalis
Indonesia dengan pihak Jepang, antara lain Gatot Mangkupraja dan Moh. Hatta. Sesudah kunjungannya
ke Jepang pada akhir tahun 1933, Gatot Mangkupraja berkeyakinan bahwa Jepang dengan gerakan
Pan-Asia mendukung pergerakan nasional Indonesia. Moh. Hatta adalah tokoh yang memegang teguh
paham nasionalisme. Meskipun beliau secara tegas menolak imperialisme Jepang, tetapi beliau tidak
mengecam perjuangan Jepang dalam melawan ekspansi negara-negara Barat. Moh. Hatta bersedia
bekerja sama dengan Jepang karena beliau berkeyakinan pada ketulusan Jepang dalam mendukung
kemerdekaan Indonesia.
a. Kedatangan Jepang di Indonesia
Pada tanggal 11 Januari 1942 Jepang menduduki daerah minyak dengan mendarat di Tarakan
Kalimantan Timur,di lanjutkan ke Balikpapan, Pontianak, Samarinda, dan Banjarmasin. Pada
tanggal 16 Februari 1942 Jepang menduduki Palembang, setelah daerah-daerah di luar di kuasai,
Jepang memusatkan perhatiannya untuk menguasai tanah Jawa sebagai pusat pemerintahan
Hindia–Belanda dan pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang mendarat di Pulau Jawa (Teluk Banten,
Indramayu, dan Banjarnegara) di bawah pimpinan Letjen Hitoshi Immamura. Cara menghadapi
tentara Jepang, Belanda pernah membentuk Komando Gabungan Tentara Serikat yang disebut
ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang bermarkas di Lembang.
Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara Belanda di Jawa.
Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang terus bergerak ke selatan
dan menguasai kota Buitenzorg (Bogor), dengan mudah kota-kota lain juga jatuh ke tangan Jepang.
Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas nama komandan pasukan Belanda/
Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang yang diwakili Letjen Hitoshi
Imamura. Penandatanganan ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Dengan demikian, berakhirlah
penjajahan Belanda di Indonesia, kemudian Indonesia berada di bawah pendudukan tentara
Jepang. Keinginan Jepang menguasai Indonesia karena Indonesia kaya akan sumber daya alam
yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri Jepang. Di samping itu, juga terdorong oleh
ajaran yang berkaitan dengan Shintoisme. Khususnya tentang Hakko Ichiu, yakni ajaran tentang
kesatuan kelurga umat manusia, ajaran ini di terjemahkan bahwa tentara Jepang sebagai negara
maju bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan keluarga umat manusia dengan memajukan
dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia. Ajaran tersebut menyatakan
bahwa bangsa Jepang dan Indonesia serumpun.
b. Sifat kebijakan pemerintahan pendudukan Jepang
Pada tanggal 8 Maret 1942, Panglima Angkatan Perang Hindia–Belanda Letnan Jenderal
H. Ter Poorten menyerah tanpa syarat kepada pimpinan tentara Jepang Letnan Jenderal Hitoshi
Imamura. Hal itu menandai berakhirnya masa pemerintahan Hindia–Belanda di Indonesia dan
digantikan oleh pemerintah pendudukan Jepang.
Modul Ilmu Pengetahuan Sosial VIII SMP/MTs Semester Genap (Kurikulum 2013) 51