Page 61 - MODUL 3
P. 61

melakukan sabotase dan tindakan destruktif (perusakan) terhadap sarana atau prasarana
                         vital milik Jepang. Beberapa kelompok pergerakan nasional yang menjalankan strategi
                         gerakan bawah tanah, antara lain berikut.
                         (1)  Kelompok Sutan Syahrir, merupakan kelompok pemuda di bawah pimpinan Sutan
                             Syahrir.  Mereka  antara  lain  menyebar  di  Jakarta,  Cirebon,  Garut,  Semarang,
                             Yogyakarta,  Bandung,  Surabaya,  dan  Malang.  Kelompok  ini  sangat  antifasisme
                             Jepang.
                         (2)  Kelompok Kaigun, merupakan perhimpunan para pemua Indonesia yang mempunyai
                             hubungan erat dengan kepala perwakilan Angkatan Laut (Kaigun) Jepang di Jakarta,
                             yaitu Laksamana Maeda.
                         (3)  Kelompok Sukarni, merupakan kumpulan para pemuda anti Jepang di bawah pimpinan
                             Sukarni. Mereka tinggal di asrama Angkatan Baru di Jalan Menteng 31 Jakarta.
                         (4)  Kelompok Persatuan Mahasiswa yang terdiri atas mahasiswa kedokteran (Ikadaigaku),
                             bermarkas di Jalan Prapatan No. 10 Jakarta.
                         (5)  Kelompok Amir Syarifuddin merupakan kumpulan pemuda berpaham sosialis yang
                             selalu menentang kebijakan pemerintah Jepang.
                     c)  Perlawanan bersenjata
                         Perlawanan  bersenjata  rakyat  Indonesia  yang  dilakukan  di  berbagai  daerah  meliputi
                         perlawanan rakyat dan perlawanan tentara PETA.
                         (1)  Di Aceh
                             Perlawanan  meletus  di  daerah  Cot  Plieng  pada  bulan  November  1942  di  bawah
                             pimpinan Tengku Abdul Jalil. Perlawanan ini akhirnya dapat ditumpas oleh tentara
                             Jepang dan Abdul Jalil gugur. Perlawanan muncul lagi pada bulan November 1944
                             yang dilakukan oleh prajurit-prajurit Giyugun di bawah pimpinan Teuku Hamid. Teuku
                             Hamid  bersama  satu  pleton  anak  buahnya  melarikan  diri  ke  hutan  kemudian
                             melakukan perlawanan. Guna menumpas pemberontakan ini, Jepang melakukan
                             siasat yang licik, yakni menyandera seluruh anggota keluarga Teuku Hamid. Dengan
                             cara ini akhirnya Teuku Hamid menyerah dan pasukannya bubar.
                         (2)  Di Jawa Barat
                             Perlawanan meletus pada bulan Februari 1944 yakni di daerah Sukamanah di bawah
                             pimpinan K.H. Zainal Mustafa. K.H. Zaenal Mustofa tidak tahan lagi melihat kehidupan
                             rakyat yang sudah makin melarat dan menderita akibat beban bermacam-macam
                             setoran dan kerja paksa. Di samping itu, K.H. Zaenal Mustofa juga menolak melakukan
                             seikeirei, hal ini dinilai bertentangan dengan ajaran Islam sehingga ia menghimpun
                             rakyat untuk melawan Jepang. Seikeirei, yaitu penghormatan kepada Kaisar Jepang
                             yang dianggap sebagai keturunan Dewa Matahari dengan cara menghadap ke timur
                             laut (Tokyo) dan membungkukkan badan dalam-dalam.
                         (3)  Di Blitar
                             Perlawanan meletus pada tanggal 14 Februari 1945 di bawah pimpinan Supriyadi,
                             seorang  Komandan  Pleton  I  Kompi  III  dari  Batalion  II  Pasukan  Peta  di  Blitar.
                             Perlawanan di Blitar ini merupakan perlawanan terbesar pada masa pendudukan
                             Jepang.
                         (4)  Perlawanan rakyat di Pontianak (16 Oktober 1943)
                             Perlawanan  rakyat  di  Pontianak  dilakukan  oleh  suku  Dayak  di  pedalaman  serta
                             kaum feodal di hutan-hutan. Latar belakang perlawanan ini karena mereka menderita
                             akibat tindakan Jepang yang kejam. Tokoh perlawanan dari kaum ningrat yakni Utin
                             Patimah.
                         (5)  Perlawanan rakyat di Cidempet, Kecamatan Lohbener, Indramayu (30 Juli 1944)
                             Perlawanan ini dipimpin oleh H. Madriyas, Darini, Surat, Tasiah, dan H. Kartiwa.
                             Perlawanan ini disebabkan oleh cara pengambilan padi milik rakyat yang dilakukan
                             Jepang dengan kejam. Sehabis panen, padi langsung diangkut ke balai desa.
                             Perlawanan rakyat dapat dipadamkan secara kejam dan para pemimpin perlawanan
                             ditangkap oleh Jepang.


                          Modul Ilmu Pengetahuan Sosial VIII SMP/MTs Semester Genap (Kurikulum 2013)      55
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66