Page 60 - MODUL 3
P. 60

1942 ditetapkan penggunaan kalender Jepang yang bernama Sumera. Tahun 1942 kalender
                     Masehi,  sama  dengan  tahun  2602  Sumera.  Demikian  juga  setiap  tahun  rakyat  Indonesia
                     diwajibkan untuk merayakan hari raya Tancōsetsu, yaitu hari lahirnya Kaisar Hirohito. Pada
                     situasi perang, Jepang berkepentingan untuk membangun berbagai sarana, seperti kubu-kubu
                     pertahanan, benteng, jalan-jalan, dan lapangan udara. Oleh karena itu, perlu tenaga kasar
                     yang disebut romusa.
                     Bentuk kerja paksa seperti halnya pada masa pemerintahan Hindia–Belanda (kerja rodi) juga
                     terjadi pada masa pendudukan bala tentara Jepang, yang disebut dengan romusa. Para tenaga
                     kerja paksa ini dipaksa sebagai tenaga pengangkut bahan tambang (batu bara), pembuatan
                     rel  kereta  api  serta  mengangkut  hasil-hasil  perkebunan.  Tidak terhitung  berapa  ratus  ribu
                     bahkan jutaan rakyat Indonesia yang menjadi korban romusa. Supaya menarik simpati bangsa
                     Indonesia terhadap romusa, Jepang menyebut romusa sebagai “Pahlawan Pekerja/Prajurit
                     Ekonomi”.
                     Para romusa diperlakukan dengan sangat buruk. Mulai dari pagi buta hingga petang, mereka
                     dipaksa untuk melakukan pekerjaan kasar tanpa makanan dan perawatan. Oleh karena itu,
                     kondisi fisiknya menjadi sangat lemah sehingga banyak yang menderita berbagai jenis penyakit,
                     bahkan meninggal dunia di tempat kerjanya. Belum lagi siksaan bagi yang melawan mandor-
                     mandor Jepang, seperti cambukan, pukulan-pukulan, dan bahkan tidak segan-segan tentara
                     Jepang menembak para pembangkang tersebut. Guna mendukung kekuatan dan kebutuhan
                     perangnya, pemerintah Jepang mengambil beberapa kebijakan ekonomi, antara lain sebagai
                     berikut.
                     a)  Pengambilan aset-aset pemerintah Hindia–Belanda.
                     b)  Kontrol terhadap perkebunan dan pertanian rakyat.
                     c)  Kebijakan moneter dan perdagangan.
                     d)  Sistem ekonomi perang.
                 3)  Reaksi rakyat Indonesia terhadap Jepang
                     Propaganda Jepang untuk menciptakan kemakmuran bersama di antara bangsa-bangsa Asia,
                     jauh dari kenyataan. Jepang justru secara terang terangan menindas bangsa Indonesia dengan
                     kejam. Norma-norma yang berlaku di masyarakat diinjak-injak. Akibatnya, di beberapa tempat
                     kemudian muncul perlawanan terhadap pendudukan militer Jepang. Perjuangan para pemimpin
                     bangsa dalam melawan pendudukan Jepang dan memperjuangkan kemerdekaan dilakukan
                     dengan strategi kooperasi, gerakan bawah tanah (ilegal), dan perlawanan bersenjata. Berikut
                     perlawanan rakyat Indonesia terhadap Jepang.
                     a)  Perlawanan dengan strategi kooperasi
                         Perlawanan dengan strategi kooperasi (bekerja sama) muncul karena Jepang melarang
                         berdirinya  semua  organisasi  pergerakan  nasional.  Pemerintah  pendudukan  Jepang
                         mengeluarkan kebijakan yang hanya mengakui organisasi-organisasi bentukannya yang
                         ditujukan bagi kemenangan Perang Asia Pasifik. Tokoh-tokoh pejuang nasionalis kemudian
                         memanfaatkan semua organisasi bentukan Jepang itu dengan cara menggembleng kaum
                         muda  agar  terus  berusaha  mewujudkan  kemerdekaan  Indonesia.  Selain  itu,  mereka
                         berhasil merumuskan rancangan UUD dan dasar negara yang akan diperlukan apabila
                         negara telah merdeka.
                     b)  Perlawanan dengan strategi gerakan bawah tanah (ilegal)
                         Perlawanan gerakan bawah tanah atau ilegal muncul akibat terlalu kuatnya pemerintah
                         Jepang menekan dan melarang golongan oposisi. Gerakan nasionalisme yang ada ternyata
                         tidak mampu menandingi kekuatan pemerintah Jepang. Oleh karena itu, beberapa pejuang
                         nasionalis mengambil jalan melakukan gerakan bawah tanah (ilegal).
                         Strategi perjuangan tersebut ternyata dapat terorganisir secara rapi dan dilakukan secara
                         rahasia. Mereka diam dan bersembunyi untuk menghimpun kekuatan rakyat. Mereka pun
                         berusaha menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam perjuangan kemerdekaan
                         Indonesia. Jaringan hubungan khusus terus dilakukan dengan tokoh pergerakan nasional
                         yang kooperasi terhadap Jepang. Selain itu, mereka membentuk jaringan kekuatan dengan



             54                  Modul Ilmu Pengetahuan Sosial VIII SMP/MTs Semester Genap (Kurikulum 2013)
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65