Page 46 - FullBook Keperawatan Gerontik
P. 46
Bab 3 Perubahan Fisik, Psikologis, dan Sosial Pada Usia Lanjut 29
dispnea. Kekurangan oksigen dapat meningkatkan kecemasan pada lansia
(Boltz et al., 2016; Grabbe, 2017).
Kekuatan dan daya tahan otot pernapasan berkurang sehingga membatasi
kapasitas ventilasi maksimal. Akibat kalsifikasi tulang rawan tulang rusuk dan
Otot-otot tulang rusuk yang mengalami atrofi, dinding dada menjadi kaku
sehingga membatasi compliance paru dan toraks, selanjutnya mengurangi
kemampuan bernapas dalam, batuk, dan pengeluaran karbon dioksida.
Perubahan ini diperburuk jika individu tersebut merokok atau tinggal di
lingkungan yang tercemar. Akibat dari perubahan tersebut dapat berupa
penurunan stamina dengan disertai sesak napas dan kelelahan yang pada
akhirnya dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas
sehari-hari (Boltz et al., 2016; Cash & Glass, 2016; Grabbe, 2017).
Saluran pernafasan dan jaringan paru-paru menjadi kurang elastis dengan
aktivitas silia dan makrofag berkurang serta pengeluaran lendir dari membran
mukosa yang berkurang menyebabkan mulut dan hidung menjadi kering.
Refleks batuk juga berkurang membuat batuk kurang efektif dalam
membersihkan saluran pernapasan dari lendir dan kotoran. Hal ini dapat
meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan dan menyebabkan
bronkospasme dengan obstruksi jalan napas. Selain itu jumlah alveoli juga
berkurang sehingga terjadi penebalan kapiler di paru-paru dan penurunan luas
permukaan pertukaran oksigen/karbon dioksida; hal ini menyebabkan
penurunan oksigen ke organ-organ vital (Boltz et al., 2016; Cash & Glass,
2016; Grabbe, 2017).
3.2.3 Sistem Persarafan
Otak mulai berubah (mengecil) dalam ukuran dan fungsi pada dekade ketiga
kehidupan. Aliran darah ke otak menurun sehingga jumlah neuron serebral dan
perifer, modifikasi dendrit dan sel pendukung glia di otak berkurang, serta
pembentukan kembali sinapsis hilang. Selain itu jumlah neurotransmitter
seperti dopamin dan asetilkolin juga berkurang. Gabungan, perubahan
neurologis ini berkontribusi pada penurunan kekuatan otot secara umum,
refleks tendon, sensasi sentuhan, nyeri dan getaran serta kecepatan konduksi
saraf. Meskipun relatif ringan kondisi ini menyebabkan perlambatan
keseluruhan dari keterampilan motorik dengan potensi gangguan pada
keseimbangan, gaya berjalan, koordinasi, waktu respon terhadap rangsangan
dan kelincahan. Penurunan fungsi ini dapat berdampak buruk terhadap
aktivitas sehari-hari lansia seperti ambulasi dan mengemudi serta