Page 50 - FullBook Keperawatan Gerontik
P. 50
Bab 3 Perubahan Fisik, Psikologis, dan Sosial Pada Usia Lanjut 33
setiap hari. Metode lain untuk mencegah konstipasi adalah aktivitas fisik dan
menetapkan waktu yang rutin ke toilet (DeLaune and Ladner, 2011; Berman,
Snyder and Frandsen, 2016; Boltz et al., 2016).
3.2.7 Sistem Muskuloskeletal
Sarcopenia didefinisikan sebagai massa otot yang berkurang disertai dengan
penurunan fungsi dan kekuatan otot pada lansia. Penurunan ukuran, jumlah
dan kualitas serat otot rangka terjadi seiring dengan proses penuaan dan massa
tubuh tanpa lemak digantikan oleh jaringan lemak dan fibrosa sehingga pada
usia 75 tahun hanya 15% dari total massa tubuh adalah otot dibandingkan
dengan 30% pada orang dewasa muda yang sehat. Penurunan persarafan otot,
aktivitas insulin dan hormon seks (estrogen dan testosteron) serta kadar
hormon pertumbuhan berkontribusi pada sarcopenia.
Selain itu, faktor individu seperti penurunan berat badan, kekurangan protein,
dan aktivitas fisik, dapat mempercepat kondisi ini berkembang menjadi
masalah secara klinis. Sarkopenia dapat merugikan lansia karena
meningkatkan risiko kecacatan, jatuh, gaya berjalan yang tidak stabil, dan
kebutuhan alat bantu. Aktivitas fisik, terutama latihan kekuatan otot, dan
asupan energi dan protein yang cukup dapat mencegah terjadinya sarcopenia
(Boltz et al., 2016).
Kepadatan tulang menurun seiring bertambahnya usia dan terjadi pada semua
tulang rangka. Puncak massa tulang antara usia 30 dan 35 tahun kemudian
kepadatan menurun dengan kecepatan 0,5% per tahun. Penurunan ini
disebabkan oleh berkurangnya aktivitas osteoblas dalam pembentukan sel
tulang yang baru. Pengeroposan tulang pada perempuan meningkat menjadi
3% sampai 5% per tahun selama 5 sampai 7 tahun setelah menopause.
Kehilangan ini akibat aktivasi osteoklas dengan kerusakan atau resorpsi tulang
yang meningkat yang terjadi terutama pada tulang kanselus atau trabekular
seperti tulang vertebra berkembang menjadi osteoporosis tipe I pada
perempuan berusia 51 hingga 75 tahun dan berisiko patah tulang belakang.
Setelah periode pasca menopause pengeroposan tulang pada perempuan
kembali melambat dan melibatkan tulang kortikal pada tulang panjang
ekstremitas. Dengan bertambahnya usia, baik perempuan maupun laki-laki
dapat mengalami osteoporosis tipe II dan rentan terhadap patah tulang pinggul
dan kyphosis akibat fraktur kompresi vertebra (Boltz et al., 2016; Cash &
Glass, 2016).