Page 241 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 241
Lampiran: Ringkasan Temuan Lapangan Lampiran: Ringkasan Temuan Lapangan
No Provinsi – Lokasi Ringkasan Temuan & Rekomendasi dari No Provinsi – Lokasi Ringkasan Temuan & Rekomendasi dari
Subjek Penelitian
Subjek Penelitian
peredaran Sabu terus mengalami peningkatan. Sambas diklaim sebagai Bandar kecil. Berbeda dengan pengecer yang hanya
oleh beberapa narasumber dan infroman tengah berada dalam menyediakan biasanya sekitar maksimal 10 gram dan sabu bisa
level ‘siaga narkoba’, dan bukan hanya sebatas ‘daerah transit atau digunakan di lokasi tempat pengecer tersebut menjajakan, namun
perlintasan narkoba belaka’. Status ke-gawat-an narkoba di Sambas tidak untuk jenis bandar kecil yang terkecuali hanya menjual putus.
‘naik’ dikarenakan Sambas saat ini sudah merupakan daerah tujuan Sementara pembelian atau transaksi dalam jumlah besar tetap
pengiriman Sabu (salah satu titik akhir). Sebelumnya pengiriman dilakukan ke wilayah Beting, Kota Pontianak;
Sabu di Kalimantan Barat selalu dipusatkan ke Pontianak (dari 5. Di PLBN Aruk, sistem dan mekanisme penggunaan Kartu Identitas
perbatasan), dan dari situ baru didistribusikan ke masing-masing Lintas Barang (KILB) yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan,
wilayah Kabupaten/Kota. Namun saat ini tren-nya mengalami masih membingungkan banyak pihak, terutama di kalangan
perkembangan dan pergeseran siginifikan. Salah satunya adalah stakeholder instansi/lembaga Pemerintah yang ditugaskan di
dikarenakan jalur Aruk-Sambas tidak lagi sekadar jalur transit atau PLBN. Secara regulasi, KILB diperuntukkan bagi warga/masyarakat
jalur melintas semata, melainkan juga telah teridentifikasi sebagai yang berada di area perbatasan Negara, umumnya ditandai dengan
sasaran peredaran Sabu itu sendiri. Kabupaten/Kota yang disasar prinsip Pemerintah untuk mengupayakan kesejahteraan warga/
sejak masuknya Sabu dari perbatasan/PLBN Aruk mencakup tiga masyarakat di perbatasan (di Kabupaten Sambas, salah satu daerah
wilayah: Singkawang, Bengkayang, dan Sambas (atau yang dikenal yang diprogramkan memiliki KILB adalah warga yang terdaftar
juga dengan nama Sing-Be-Bas. Tiga wilayah tersebut merupakan di Kecamatan Sajingan Besar). Dalam praktiknya, pemeriksaan
lahan “permainan” peredaran Sabu yang lantas ditandai oleh terhadap pemegang KILB ternyata tidak seketat pelintas umum
mayoritas warna Kuning dan Merah, sesuai dengan tahapan (non-KILB) di PLBN Aruk. KILB merupakan akses untuk dapat
bahaya narkoba yang telah meluas di sana); kemudahan berbelanja di Malaysia daripada di Indonesia yang
3. Kategorisasi yang berlaku di Sambas (dalam hal transaksi secara jarak jauh untuk ditempuh, sehingga fungsi KILB adalah
Sabu/Narkoba): Pemakai (penyalahguna yang masih bersifat memberikan keleluasaan kepada warga di area perbatasan untuk
‘menggunakan’ sekali-sekali, beli untuk sekali pakai-habis, dan berbelanja ke lokasi terdekat, dan dalam konteks terdekat ke
bahkan masih punya hari libur pakai; terkadang pakai untuk Aruk, adalah distrik Kuching dan Desa Biawak di Malaysia, yang
sekadar rekreasi waktu tertentu), Pecandu (Penyalahguna tingkat secara jarak tempuh relatif lebih terjangkau aksesnya ketimbang
lanjutan; penggunaan masif dan tidak memiliki hari libur pakai, harus ke Sambas, Singkawang, atau Pontianak. Desa Biawak
diusahakan memakai Sabu dalam setiap aktivitas apa pun; sudah merupakan desa yang bisa ditempuh sekitar 30 menit dari Aruk,
mulai kepikiran menjadi Pengecer, dan punya kecenderungan di sana terdapat Pasar Tebedu yang menjadi tempat transaksi
menawarkan Sabu kepada yang lain), Pengecer (biasanya kolaboratif jual-beli lelong (pakaian-pakaian bekas kualitas Malaysia, sekaligus
di level Pecandu; pada level Pengecer ini, yang dianggap Pengecer diklaim menjadi tempat transaksi jual-beli sabu). Banyak potensi
Sabu adalah ‘pedagang sabu eceran’ yang juga menyediakan KILB disalahgunakan sehingga menjadi celah masuknya narkoba
tempat/lokasi untuk ‘menggunakan sabu’; Pengecer adalah juga secara berkala. Salah satunya adalah minimnya pengawasan dan
Pecandu), Pengedar (atau disebut sebagai ‘Bandar kecil’; tidak pemeriksaan pihak Bea Cukai—sebagai representatif Kementerian
menyediakan tempat/lokasi menggunakan Sabu), Bandar (dekat Keuangan- terhadap pemegang daftar belanja KILB (yang kerap
dengan istilah ‘Sindikat’, dan Bandar yang dimaksud tidak berada di hanya diperiksa kesesuaian jumlah kardus atau karung belanjaan
dalam Indonesia melainkan di luar negeri; namun pengerahan anak dengan yang tertera di daftar belanjaan atau tidak-nya, sementara
buah Bandar tetap dilakukan untuk mengawasi dan mengontrol tidak pernah dilakukan pembongkaran terhadap komoditas
peredaran barang Sabu miliknya); tersebut). Ketika kami konfrimasi kepada BNPP selaku pengelola
4. Temuan bahwa berjualan sabu sudah ‘dianggap’ sebagai mata PLBN, mereka juga mengakui sangat minimnya informasi mengenai
pencaharian: menurut Wawan Gunawan, seorang Jurnalis KILB, apalagi yang bersifat pelaporan atau korodinasi dengan
Perbatasan sekaligus bekerja sebagai Jurnalis di kantor berita BNPP. Di sini, terlihat sekali ego-sektoral dari masing-masing
Tribun Pontianak, yang dalam pergerakan peliputannya berada lembaga/instansi Pemerintah yang bertugas di PLBN, bahwa yang
di seputar peredaran narkoba jenis sabu dan sebagainya, terpenting—dan masih diterapkan saat ini- adalah mereka secara
menyatakan bahwa peredaran sabu di Sambas “menyamar” dalam masing-masing instansi melaporkan kepada atasan/ Pejabat Tinggi
bentuk profesi pegawai swasta (para pelaku ketika berangkat dari di masing-masing di instansi/ lembaga/ Kementerian yang ada di
rumah mereka menggunakan sepatu pantofel, berpakaian kemeja Pusat, lebih diutamakan daripada koordinasi dan konsolidasi di
rapi dimasukkan ke dalam celana panjang bahan, dan membawa lapangan;
tas layaknya pegawai swasta), artinya, para pelaku berangkat dari 6. Glory (baca: kemuliaan, keagungan, kejayaan) P4GN masih terletak
rumah menuju ke kontrakan atau kos-kosan yang mereka sewa pada penangkapan, pemberantasan, dan pengungkapan peredaran
secara bulanan untuk berjualan sabu (umumnya paling banyak di tanah air ketimbang ‘mematangkan’ dan memperjuangkan
adalah 25 gram, minimal adalah 20 gram). Mereka biasanya disebut ‘habis-habisan’ dimensi pencegahan melalui program-program
226 Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) 227
Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika