Page 245 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 245

Lampiran: Ringkasan Temuan Lapangan     Lampiran: Ringkasan Temuan Lapangan





 No  Provinsi – Lokasi  Ringkasan Temuan & Rekomendasi dari  No  Provinsi – Lokasi  Ringkasan Temuan & Rekomendasi dari
 Subjek Penelitian
                                                                   Subjek Penelitian

 11. Minimnya pusat-pusat rehabilitasi Pemerintah di tingkat Kabupaten/   berkaitan  dengan  perselisihan  perspektif  di  antara APH  selama
 Kota.  Pusat-pusat  rehabilitasi  hanya  tersedia  di  tingkat  Provinsi,   ini dalam level pemidanaan terhadap kejahatan pidana narkotika/
 itu pun pengelolaannya dibagi kepada tiga instansi Kementerian/  kasus narkoba. Di level pusat/ ibukota, pejabat-pejabat tinggi yang
 Lembaga: Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Sosial   menjadi pimpinan instansi Kementerian/Lembaga juga perlu untuk
 (Kemensos), dan Badan Narkotika Nasional (BNN).  Sementara   mendiskusikan  perihal perbedaan pandangan  dan perselisihan
 itu,  BNN  sebagai  stakeholder penanganan  Narkotika juga  tidak   perspektif  ini  antara sesama pejabat  tinggi  secara berimbang
 tersedia di setiap Kabupaten/Kota. Alhasil, beberapa pelapor dari   dan kritis, dan juga mempertimbangkan empirisme para pejabat
 masyarakat yang bermaksud melaporkan tindak pidana peredaran   pelaksana kebijakan di level daerah. Tujuannya adalah supaya tidak
 narkotika/narkoba terganjal  oleh  ketiadaan  BNN  ini.  Di  sisi  lain,   terjadi friksi Clausewitzian,  di mana pejabat pelaksanan di level
 sebagai penguatan  poin  nomor 8  di  atas, sejumlah  masyarakat   Kabupaten  dan  atau di  bawahnya  justru  mengambil keputusan
 justru  enggan  melaporkan kasus  atau peristiwa narkoba kepada   yang  serampangan  berdasarkan  kehendak-nya—yang  akhirnya
 instansi yang lain kecuali BNN (sedangkan jarak Sambas ke BNNP   akan merugikan bagi keseluruhan instansi tersebut dari Pusat ke
 Pontianak dan BNNK  Singkawang sangat jauh, kepada pihak   daerah- ketika terjadi deadlock dari sejumlah perdebatan dengan
 kepolisian mereka justru menganggap hasilnya adalah status quo,   instansi yang lain;
 dan justru ada/muncul anggapan apabila keliru melaporkannya—  2.  Semua  instansi Pemerintah—terutama instansi  yang  ditunjuk
 justru  kepada  oknum  polisi-  maka  nantinya  akan  merugikan   mengawal peraturan bersama tentang narkotika- harus mau dan
 keselamatan mereka sendiri);                   mampu ‘melunakkan’ egosentrisme kelembagaan, dan mulai
 12. Peredaran sabu paling banyak melalui sopir taksi (di Kalimantan   memperkuat rangkulan  serta menempatkan secara simetris
 Barat taksi merupakan sebutan untuk travel). Sopir taksi dalam satu   organisasi/lembaga swasta yang  dijalankan  oleh  masyarakat.
 hari dapat dua kali pulang-pergi jarak Aruk-Sambas-Pontianak. Sopir   Tujuannya  adalah  untuk  mendapatkan  keseluruhan  pandangan
 taksi  umumnya  akan  diberikan  jatah  sabu  untuk  mengantarkan   yang  bersifat  komprehensif-kritis,  dan  menghindari  selalu
 paket sabu ke sejumlah titik di Kalimantan Barat. Alasan bahwa   munculnya bias kepentingan dari hanya mengutamakan perspektif
 sabu  dapat  meningkatkan  vitalitas  bepergian  ratusan  kilometer   elemen-elemen Pemerintah. Terkadang dan bahkan beberapa kali,
 dalam satu hari merupakan salah satu yang kerap dipakai sebagai   justru elemen organisasi atau lembaga masyarakat memiliki data
 rasionalisasi pemakaian sabu oleh para sopir taksi;  dan informasi  yang lebih  akurat ketimbang data dan informasi
 13. Manajemen  dan  kontrol  peredaran  dari  dalam  penjara  sangat   yang telah dikumpulkan oleh lembaga Pemerintah;
 dimungkinkan terjadi, dan di situlah “arena” paling aman yang bisa   3.  Tim  Asesmen  Terpadu  di  level  daerah  (Provinsi  dan  khususnya
 dilakukan  untuk tetap mengontrol dagangan  narkoba, terutama   level Kabupaten/Kota) wajib untuk  mengutamakan perihal
 jenis sabu. Wawancara dengan Zul, Ketua dari lembaga rehabilitasi   kesehatan  terhadap  tangkapan  yang  tidak  memenuhi  unsur
 “Kesatu” di Singkawang, dia mengatakan bahwa di Lapas Sanggau,   sebagai  pengedar  dan  atau  bandar.  Pemupusan  ego-sektoral
 terdapat pengelolaan sabu yang dikelola oleh seseorang bernama   antara dimensi asesmen hukum dan asesmen medis harus selalu
 ‘Mitra’, yang mendapatkan kiriman barang dari seseorang bernama   bisa mengedepankan perihal yang medis apabila pelaku terindikasi
 ‘Toni’, bandar besar sabu di Singkawang. Pengelolaan sabu di LP   menjadi pecandu/ penyalahguna. Glory yang terbangun sejak saat
 Pontianak dilakukan seseorang bernama ‘Abah Asep’, yang berasal   ini haruslah Glory yang diarahkan kepada ‘kepahlawanan’ di bidang
 dari  Madura.  Berkembang  pesatnya  wilayah  Singkawang  juga   pencegahan berbasis rehabilitasi, bukan lagi Glory yang semakin
 secara dilematis dirasakan dengan semakin kencangnya peredaran   menguatkan pemberantasan, penangkapan,  pengungkapan, dan
 sabu. Zul  mengatakan bahwa terdapat tiga Bandar Besar yang   aksi  kejar-kejaran  plus  tembak-tembakan.  Tentu  saja,  hal  a  quo
 bermukim di Singkwang, dan disegani oleh APH, yakni: Toni (etnis   harus juga  didukung  dengan  gencarnya pemerataan sarana dan
 Madura), Witman (etnis India hitam), dan Bunang (etnis Cina). Zul   infrastruktur rehabilitasi di  setiap daerah, kejelasan mengenai
 membenarkan bahwa aras tujuan peredaran sabu tidak lagi hanya   pembiayaan rehab, dan kejelasan penanganannya agar tidak ada
 berpusat di Pontianak, namun juga ke wilayah-wilayah yang sejak   lagi  instansi  Pemerintah  yang—dengan  berat  hati-  menolak  atau
 awal/sebelumnya hanya diklaim sebagai daerah transit/perlintasan,   ‘mempersulit’ calon peserta rehabilitasi/pecandu,  yang akhirnya
 yaitu: Sing-Be-Bas.                            karena sulit dan berbelitnya mendapatkan rehab tersebut justru
                                                berbalik  memasrahkan dirinya  untuk  dipidana  penjara (hal  ini
                                                menjadi kekhawatiran dari lembaga/organisasi rehabilitasi swasta

 Rekomendasi:                                   juga, dikarenakan biaya yang cukup tinggi yang harus dibayarkan
                                                oleh para peserta rehab di titik-titik lokasi tertentu—ketika tempat
 1.  Perlunya  pejabat  tinggi  Pusat  untuk  ‘turun  gunung’  ke  daerah-  rehab  Pemerintah  kuotanya  terlalu  penuh-,  sehingga  mereka
 daerah untuk memastikan koordinasi, energi, dan konsolidasi   dan  keluarga mereka justru pasrah untuk  dilakukan  saja proses
 antar  instansi  terjaga  dan  solid,  terutama  untuk  hal-hal  yang   pidana—yang  dianggap  kalau dipenjara tidak perlu membayar,






 230  Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   231
                                                           Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
 Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250