Page 244 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 244

Lampiran: Ringkasan Temuan Lapangan                                                                                       Lampiran: Ringkasan Temuan Lapangan





            No     Provinsi – Lokasi                Ringkasan Temuan & Rekomendasi dari                                               No     Provinsi – Lokasi                Ringkasan Temuan & Rekomendasi dari
                                                                 Subjek Penelitian
                                                                                                                                                                                           Subjek Penelitian

                                          11. Minimnya pusat-pusat rehabilitasi Pemerintah di tingkat Kabupaten/                                                       berkaitan  dengan  perselisihan  perspektif  di  antara APH  selama
                                             Kota.  Pusat-pusat  rehabilitasi  hanya  tersedia  di  tingkat  Provinsi,                                                 ini dalam level pemidanaan terhadap kejahatan pidana narkotika/
                                             itu pun pengelolaannya dibagi kepada tiga instansi Kementerian/                                                           kasus narkoba. Di level pusat/ ibukota, pejabat-pejabat tinggi yang
                                             Lembaga: Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Sosial                                                             menjadi pimpinan instansi Kementerian/Lembaga juga perlu untuk
                                             (Kemensos), dan Badan Narkotika Nasional (BNN).  Sementara                                                                mendiskusikan  perihal perbedaan pandangan  dan perselisihan
                                             itu,  BNN  sebagai  stakeholder penanganan  Narkotika juga  tidak                                                         perspektif  ini  antara sesama pejabat  tinggi  secara berimbang
                                             tersedia di setiap Kabupaten/Kota. Alhasil, beberapa pelapor dari                                                         dan kritis, dan juga mempertimbangkan empirisme para pejabat
                                             masyarakat yang bermaksud melaporkan tindak pidana peredaran                                                              pelaksana kebijakan di level daerah. Tujuannya adalah supaya tidak
                                             narkotika/narkoba terganjal  oleh  ketiadaan  BNN  ini.  Di  sisi  lain,                                                  terjadi friksi Clausewitzian,  di mana pejabat pelaksanan di level
                                             sebagai penguatan  poin  nomor 8  di  atas, sejumlah  masyarakat                                                          Kabupaten  dan  atau di  bawahnya  justru  mengambil keputusan
                                             justru  enggan  melaporkan kasus  atau peristiwa narkoba kepada                                                           yang  serampangan  berdasarkan  kehendak-nya—yang  akhirnya
                                             instansi yang lain kecuali BNN (sedangkan jarak Sambas ke BNNP                                                            akan merugikan bagi keseluruhan instansi tersebut dari Pusat ke
                                             Pontianak dan BNNK  Singkawang sangat jauh, kepada pihak                                                                  daerah- ketika terjadi deadlock dari sejumlah perdebatan dengan
                                             kepolisian mereka justru menganggap hasilnya adalah status quo,                                                           instansi yang lain;
                                             dan justru ada/muncul anggapan apabila keliru melaporkannya—                                                           2.  Semua  instansi Pemerintah—terutama instansi  yang  ditunjuk
                                             justru  kepada  oknum  polisi-  maka  nantinya  akan  merugikan                                                           mengawal peraturan bersama tentang narkotika- harus mau dan
                                             keselamatan mereka sendiri);                                                                                              mampu ‘melunakkan’ egosentrisme kelembagaan, dan mulai
                                          12. Peredaran sabu paling banyak melalui sopir taksi (di Kalimantan                                                          memperkuat rangkulan  serta menempatkan secara simetris
                                             Barat taksi merupakan sebutan untuk travel). Sopir taksi dalam satu                                                       organisasi/lembaga swasta yang  dijalankan  oleh  masyarakat.
                                             hari dapat dua kali pulang-pergi jarak Aruk-Sambas-Pontianak. Sopir                                                       Tujuannya  adalah  untuk  mendapatkan  keseluruhan  pandangan
                                             taksi  umumnya  akan  diberikan  jatah  sabu  untuk  mengantarkan                                                         yang  bersifat  komprehensif-kritis,  dan  menghindari  selalu
                                             paket sabu ke sejumlah titik di Kalimantan Barat. Alasan bahwa                                                            munculnya bias kepentingan dari hanya mengutamakan perspektif
                                             sabu  dapat  meningkatkan  vitalitas  bepergian  ratusan  kilometer                                                       elemen-elemen Pemerintah. Terkadang dan bahkan beberapa kali,
                                             dalam satu hari merupakan salah satu yang kerap dipakai sebagai                                                           justru elemen organisasi atau lembaga masyarakat memiliki data
                                             rasionalisasi pemakaian sabu oleh para sopir taksi;                                                                       dan informasi  yang lebih  akurat ketimbang data dan informasi
                                          13. Manajemen  dan  kontrol  peredaran  dari  dalam  penjara  sangat                                                         yang telah dikumpulkan oleh lembaga Pemerintah;
                                             dimungkinkan terjadi, dan di situlah “arena” paling aman yang bisa                                                     3.  Tim  Asesmen  Terpadu  di  level  daerah  (Provinsi  dan  khususnya
                                             dilakukan  untuk tetap mengontrol dagangan  narkoba, terutama                                                             level Kabupaten/Kota) wajib untuk  mengutamakan perihal
                                             jenis sabu. Wawancara dengan Zul, Ketua dari lembaga rehabilitasi                                                         kesehatan  terhadap  tangkapan  yang  tidak  memenuhi  unsur
                                             “Kesatu” di Singkawang, dia mengatakan bahwa di Lapas Sanggau,                                                            sebagai  pengedar  dan  atau  bandar.  Pemupusan  ego-sektoral
                                             terdapat pengelolaan sabu yang dikelola oleh seseorang bernama                                                            antara dimensi asesmen hukum dan asesmen medis harus selalu
                                             ‘Mitra’, yang mendapatkan kiriman barang dari seseorang bernama                                                           bisa mengedepankan perihal yang medis apabila pelaku terindikasi
                                             ‘Toni’, bandar besar sabu di Singkawang. Pengelolaan sabu di LP                                                           menjadi pecandu/ penyalahguna. Glory yang terbangun sejak saat
                                             Pontianak dilakukan seseorang bernama ‘Abah Asep’, yang berasal                                                           ini haruslah Glory yang diarahkan kepada ‘kepahlawanan’ di bidang
                                             dari  Madura.  Berkembang  pesatnya  wilayah  Singkawang  juga                                                            pencegahan berbasis rehabilitasi, bukan lagi Glory yang semakin
                                             secara dilematis dirasakan dengan semakin kencangnya peredaran                                                            menguatkan pemberantasan, penangkapan,  pengungkapan, dan
                                             sabu. Zul  mengatakan bahwa terdapat tiga Bandar Besar yang                                                               aksi  kejar-kejaran  plus  tembak-tembakan.  Tentu  saja,  hal  a  quo
                                             bermukim di Singkwang, dan disegani oleh APH, yakni: Toni (etnis                                                          harus juga  didukung  dengan  gencarnya pemerataan sarana dan
                                             Madura), Witman (etnis India hitam), dan Bunang (etnis Cina). Zul                                                         infrastruktur rehabilitasi di  setiap daerah, kejelasan mengenai
                                             membenarkan bahwa aras tujuan peredaran sabu tidak lagi hanya                                                             pembiayaan rehab, dan kejelasan penanganannya agar tidak ada
                                             berpusat di Pontianak, namun juga ke wilayah-wilayah yang sejak                                                           lagi  instansi  Pemerintah  yang—dengan  berat  hati-  menolak  atau
                                             awal/sebelumnya hanya diklaim sebagai daerah transit/perlintasan,                                                         ‘mempersulit’ calon peserta rehabilitasi/pecandu,  yang akhirnya
                                             yaitu: Sing-Be-Bas.                                                                                                       karena sulit dan berbelitnya mendapatkan rehab tersebut justru
                                                                                                                                                                       berbalik  memasrahkan dirinya  untuk  dipidana  penjara (hal  ini
                                                                                                                                                                       menjadi kekhawatiran dari lembaga/organisasi rehabilitasi swasta

                                          Rekomendasi:                                                                                                                 juga, dikarenakan biaya yang cukup tinggi yang harus dibayarkan
                                                                                                                                                                       oleh para peserta rehab di titik-titik lokasi tertentu—ketika tempat
                                          1.  Perlunya  pejabat  tinggi  Pusat  untuk  ‘turun  gunung’  ke  daerah-                                                    rehab  Pemerintah  kuotanya  terlalu  penuh-,  sehingga  mereka
                                             daerah untuk memastikan koordinasi, energi, dan konsolidasi                                                               dan  keluarga mereka justru pasrah untuk  dilakukan  saja proses
                                             antar  instansi  terjaga  dan  solid,  terutama  untuk  hal-hal  yang                                                     pidana—yang  dianggap  kalau dipenjara tidak perlu membayar,






            230     Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)                                                                               Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   231
                                                                                                                                                                                  Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
                    Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249