Page 243 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 243

Lampiran: Ringkasan Temuan Lapangan     Lampiran: Ringkasan Temuan Lapangan





 No  Provinsi – Lokasi  Ringkasan Temuan & Rekomendasi dari  No  Provinsi – Lokasi  Ringkasan Temuan & Rekomendasi dari
                                                                   Subjek Penelitian
 Subjek Penelitian

 rehabilitasi  dan  pasca-rehabilitasi.  Meski  telah  didukung  oleh   pula bahwa sudah beberapa kali diminta ke Pusat namun selalu
 terbitnya:  PERATURAN  BERSAMA  KETUA  MAHKAMAH  AGUNG   tidak kunjung ada jawabannya);
 REPUBLIK  INDONESIA;  MENTERI  HUKUM  DAN  HAK  ASASI   9.  Temuan selanjutnya mengarahkan kami kepada minimnya reaksi
 MANUSIA REPUBLIK INDONESIA; MENTERI KESEHATAN REPUBLIK   aparat kepolisian terhadap kasus narkoba di  Sambas (terutama
 INDONESIA; MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA; JAKSA AGUNG   di tingkatan pelaporan terhadap Polsek). Di Pemangkat misalnya,
 REPUBLIK  INDONESIA;  KEPALA  KEPOLISIAN  NEGARA  REPUBLIK   menurut informasi narasumber yang merupakan petinggi  di
 INDONESIA;  KEPALA  BADAN  NARKOTIKA  NASIONAL  REPUBLIK   Dinas Perhubungan Kabupaten Sambas, yang mengatakan bahwa
 INDONESIA, NOMOR 01/PB/MA/III/2014 NOMOR 03 TAHUN 2014   tindakan hukum terhadap para Bandar dan Pengedar di Pemangkat
 NOMOR 11 TAHUN 2014, NOMOR 03 TAHUN 2014, NOMOR PER-  sangatlah  minim, sementara tindakan  terhadap  yang  terbukti
 005/A/JA/03/2014,  NOMOR  1  TAHUN  2014,  NOMOR  PERBER/01/  hanya  Pemakai/Penyalahguna justru  sangat keras. Dibuktikan
 III/2014/BNN,  TENTANG  PENANGANAN  PECANDU  NARKOTIKA   melalui pelaporan beberapa kasus peredaran dan penyalahgunaan
 DAN  KORBAN  PENYALAHGUNAAN  NARKOTIKA  KE  DALAM   narkotika di Pemangkat, Sambas (yang ternyata juga menimpa
 LEMBAGA  REHABILITASI,  namun  kenyataannya  persoalan  Glory   tiga anggota keluarga dari si Petinggi  Dishub  tersebut). Setelah
 terkait dengan  narkoba/narkotika adalah ketika “sudah  mampu   beberapa kali melaporkan kondisi  tersebut, namun  pihak
 menangkap”, “sudah bisa mengungkap”, tanpa peduli berapa pun   Kepolisian sama sekali tidak bereaksi, bahkan terkesan menutup-
 besaran atau berat dari penangkapan/pengungkapan  tersebut.   nutupi dengan cara mengatakan bahwa “terlalu banyak, dan jika
 Ironi  pemahaman tentang Glory  ini  bahkan  terserap  kepada   ditangkap maka penjara akan semakin penuh”. Dua hal yang bisa
 level  Daerah/Provinsi, level  Kabupaten/Kota,  level  Kecamatan,   dijadikan perhatian:  Aparat  Kepolisian di level  Sektor/Kecamatan
 bahkan  ke  level  Desa, sehingga  yang  terjadi  adalah  APH  dan   bisa jadi merasa bahwa  ancaman Bandar jauh  lebih  besar dan
 masyarakat  di  level-level  tersebut  seolah  berlomba-lomba  untuk   dapat mempertaruhkan nyawa mereka sementara jumlah personil
 ‘mempersembahkan’  dan  ‘mendambakan’  peristiwa-peristiwa   di Polsek hanyalah segelintir orang, namun demikian, juga bisa jadi
 penangkapan,  pengungkapan,  dan  pemberantasan.  Tugas  berat   bahwa selama ini ada dugaan pelibatan oknum APH “yang bermain
 untuk  Pencegahan  dalam  bentuk  Rehabilitasi,  dikarenakan  efek   nakal dan  terus  mengeksploitasi keuntungan  tertentu” sehingga
 pemberantasan sudah lebih dominan dalam ‘mempersembahkan’   akhirnya melanggengkan peredaran narkoba di Sambas;
 Glory sebagaimana yang disukai oleh masyarakat;  10. Narapidana bernama Euis Patmawati, terdakwa hukuman seumur
 7.  Di Kabupaten Sambas, terdapat sebuah Desa bernama Desa Tebas,   hidup yang membawa 30 kg narkotika jenis sabu, justru menjalani
 Kecamatan Pemangkat, yang  diklaim  serupa  dengan  Kampung   hukuman  kurungan  penjara-nya  di  Rumah  Tahanan  Kelas  II,
 Beting  di  Pontianak.  Desa  Tebas  dan  Pemangkat  merupakan   Sambas, dan bukannya  ditempatkan di dalam penjara dengan
 wilayah-wilayah yang menjadi basis peredaran ke seluruh pelosok   keamanan  maksimum/  selevel  Lapas.  Saat  di-wawancarai,  Euis
 Sambas;                                        mengaku  bahwa  barang  sabu  30  kg  yang  dibawanya  bukanlah
 8.  Pusat Rehabilitasi Swasta yang seharusnya berada di bawah lingkar   yang pertama kalinya dirinya membawa masuk ke Indonesia,
 koordinasi/  binaan  Kementerian  Sosial  belum  mendapatkan   melainkan tidak jauh dari sebelum dirinya tertangkap, dia sudah
 pembinaan yang maksimal, kecuali dalam hal rutinnya pemberian   pernah membawa masuk paket sabu yang diantarkannya sampai
 alat  tes  narkoba  (test  pack)  kepada  Pusat-Pusat  rehab  swasta   ke Pontianak. Euis ditangkap oleh pihak Satgas Pamtas Aruk, berita
 tersebut. Di sejumlah Pusat Rehabilitasi swasta, yang para Ketua-  awalnya, menurut Wawan Gunawan, seorang informan yang juga
 nya berhasil diwawancarai, mereka mengaku bahwa untuk modul   berprofesi  sebagai  jurnalis  perbatasan/ jurnalis  kantor  berita
 rehabilitasi dan konseling mereka masih dapatkan dari lembaga/  Tribun  Pontianak,  mengaku  bahwa  berita  penangkapan  tersebut
 organisasi swasta internasional yang bernama Mental Health yang   awalnya menyebutkan  bahwa barang bukti sabu seberat sekitar
 bermarkas Pusat di Australia dan Selandia Baru. Sementara untuk   51 kg, namun ketika ditimbang kembali oleh Polda Kalbar, ternyata
 posisi sebagai Konselor Adiksi, Pusat Rehabilitasi swasta tersebut   hanya  seberat  30  kg.  Wawan  mengakui  bahwa  yang  menaikkan
 cenderung  menggunakan  pengalaman  para eks.  Pecandu  yang   berita  ’51,923  kg  sabu’  di  awal  penangkapan  Euis  Patmawati
 telah pulih (wawancara mendalam terkait hal ini dilakukan dengan   justru  adalah  kantor  berita  Antara, yang  notabene  kepemilikan
 dua Ketua lembaga Rehabilitasi swasta, yakni: lembaga/ organisasi   Pemerintah—yang akhirnya juga dilakukan  oleh kantor berita
 “Geratak” di Sambas, dan “Kesatu” di Singkawang). Ironisnya, temuan   Tribun.  Terlepas  dari  adanya  kekeliruan  penimbangan—atau
 di lapangan semakin lengkap ketika salah seorang informan FGD,   alasan belum dikalibrasi, baik yang dilakukan di level Satgas Pamtas
 dari  kelompok  2  FGD  Sambas, yang  sekaligus  berposisi  sebagai   TNI  maupun  level  Polda,  namun  hal  ini  akan  menjadi  preseden
 PNS pada Dinas Sosial di Kabupaten Sambas mengatakan apabila   tidak baik dan berpotensi memunculkan dugaan, asumsi, dan
 kekurangan saat ini adalah Konselor dalam bidang Adiksi Narkotika/  kecurigaan publik menjadi semakin liar (apalagi dengan kusutnya
 Narkoba, yang sebaiknya segera dikirimkan untuk menanggulangi   lilitan asumsi-asumsi ‘miring’ publik yang menghubungkan antara
 cukup besarnya permintaan rehabilitasi di Sambas (yang dikatakan   narkoba dengan APH selama ini);






 228  Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   229
                                                           Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
 Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248