Page 183 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 183
Catatan Akhir :
1
G.P.H. Djatikusumo. 1986. “Permulaan Terbentuknya Suatu Tentara”. Dalam
buku: Gelora Api Revolusi. Jakarta: PT. Gramedia, hal. 79.
2
Anton Lucas. 1986. “Pemuda Revolusi”. Dalam buku: Gelora Api Revolusi.
Jakaarta: PT. Gramedia, hal. 158.
3
Mayoritas anggota kabinet adalah pangreh praja di masa pemerintahan militer
Jepang. Hal ini dapat mengacu pertimbangan Presiden Sukarno dan Wakilnya,
Mohamad Hatta saat mengangkat 135 anggota KNIP. Mengingat kenyataan
bahwa ini suatu revolusi, kesinambunganlah yang menonjol, seperti masa
pendudukan, Sukarno dan Hatta tetap pemimpin terkemuka. Sebenarnya ,
semua anggota kabinet adalah orang Indonesia yang memimpin departemen
yang sama seperti di bawah Jepang (Rudolf Mrazek. 1996. Sjahrir: Politik Dan
Pengasingan Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal. 479).
4
Soebadio Sastrosatomo. 1987. Perjuangan Revolusi. Jakarta: Pustaka sinar
Harapan, hal. 46.
5
Peristiwa penculikan Soekarno-Hatta ini dikarenakan adanya perbedaan antara
kaum muda dan kaum tua terkait pelaksanaan proklamasi. Di satu pihak,
tindakan beberapa pemuda di Jakarta waktu itu didorong oleh prinsip “tidak
mau kemerdekaan itu sebagai hadiah Jepang”, sedang di pihak lain, pemimpin
generasi tua, yakni direpresentasikan oleh Sukarno dan Hatta yang selalu
berhati-hati dan menunggu sikap gunseikan, atau pemerintahan militer Jepang
itu dengan tentaranya yang masih memegang senjata komplit (Antony Lucas.
1986. Op. Cit., hal 158).
6
Mohamad Hatta. 1978. Memoir. Jakarta: Tintamas, hal. 465.
7
Soebadio Sastrosatomo. 1983. Op. Cit., hal. 55.
8
Ibid.
9
Susanto Zuhdi. 1997. “Tanggung Jawab Indonesia Dalam Memelihara Perdamaian
dan Ketertiban Sesudah proklamasi Kemerdekaan”, dalam buku: Aspek-Aspek
Internasional Perjuangan Kemerdekaan Indonesia 1945-1949. Jakarta: Bagian
Pers dan Kebudayaan, Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta, hal. 37.
10
Ibid., hal. 49.
11
Anton Lucas. 1986. Op. Cit., hal. 159.
12
Ibid., hal 160.
171