Page 204 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 204

Pengayaan Materi Sejarah


                ini  dirasakan  oleh  daerah-daerah  luar  Jawa  sebagai  kebijakan  yang
                hanya menguntungkan Jawa. Masalah penyelundupan ini lalu dikaitkan
                dengan rasa tidak puas di daerah-daerah. Terjadi pergolakan di Sumatra
                Tengah,  Sumatra  Timur,  dan  Sumatra  Selatan  yang  membahayakan
                keutuhan bangsa dan negara (Wilopo, 1976:  49).
                        Kemudian,  partai-partai  yang  duduk  dalam  pemerintahan  yang
                sebelumnya  menyetujui  kebijakan  pemerintah  terhadap  berbagai
                kesulitan  itu  berbalik  menentangnya.  Menteri  dari  IPKI  ditarik  dari
                kabinet  oleh  partainya.  Masyumi  juga  menarik  menteri-menterinya
                sehubungan  dengan  mosi  tidak  percaya  yang  diajukan  oleh  Anwar
                Harjono  dari  Fraksi  Masyumi.  Partai  ini  tidak  menyetujui  kebijakan
                pemerintah mengenai penyelesaian terhadap pergolakan-pergolakan di
                daerah-daerah. Dengan hilangnya dukungan dari partai besar itu maka
                kabinet menjadi lemah dalam menghadapi Parlemen (Wilopo, 1976: 49-
                50).
                        Dalam  keadaan  yang  goyah,  kabinet  pada  tahun  1957
                dihadapkan  pada  masalah  baru  yaitu  Konsepsi  Presiden.  Konsepsi
                tersebut  dimaksudkan  untuk  mengatasi  kesulitan  politik  yang  makin
                berat.  Gagasan  presiden  itu  diumumkan  tanpa  pengetahuan
                pemerintah lebih dahulu. Konsepsi presiden itu diumumkan tanggal 21
                Februari  1957  di  depan  pemimpin-pemimpin  partai  politik  dan
                masyarakat.  Para  pemimpin  tersebut  diberi  waktu  satu  minggu  untuk
                menyatakan  pendapatnya,  setuju  atau  tidak  setuju.  Partai-partai  ada
                yang setuju dan ada pula yang tidak  setuju.
                        Kedudukan  kabinet  goyah,  krisis  memuncak  setelah  adanya
                desakan dari partai-partai pemerintah agar kabinet bubar. Menghadapi
                kondisi  seperti  itu  akhirnya  Ali  Sastroamidjojo  pada  tanggal  14  Maret
                1957  mengembalikan  mandatnya  kepada  presiden.  Kabinet  ini
                berlangsung selama satu tahun kurang beberapa  hari. Dengan jatunya
                kabinet  Ali  II  maka  berakhir  sistim  pemerintahan  parlementer  di
                Indonesia (Wilopo, 1976: 51).
                        Setelah Kabinet Ali II jatuh, presiden menunjuk Suwirjo (Suwiryo)
                dari  PNI  sebagai  formatur  untuk  membentuk  kabinet  seperti  yang
                dikehendaki oleh presiden. Kabinet yang dimaksud adalah “Kabinet Kaki
                Empat”  yang  anggota-anggotanya  terdiri  dari  wakil-wakil  dari  PNI,
                Masyumi,  NU,  dan  PKI.  Ternyata  Suwirjo  tidak  berhasil  menyusun
                kabinet. Presiden menunjuk kembali Suwirjo untuk membentuk  zaken
                kabinet  dan  membentuk  Dewan  Nasional  sesuai  dengan  konsepsi
                presiden. Ternyata untuk kedua kalinya Suwiryo gagal membentuk



                192
   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209