Page 200 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 200

Pengayaan Materi Sejarah


                        Untuk  membentuk  kabinet  baru  yang  diharapkan  mendapat
                dukungan  dari  DPR  pada  tanggal  15  Juni  1953  Presiden  Sukarno
                menunjuk  Mohammad  Rum  (Masyumi)  dan  Sarmidi  Mangunsarkoro
                (PNI)  sebagai  formatur.  Namun  mereka  gagal  mencapai  kesepakatan.
                Sebab  utamanya  adalah  ketidaksepakatan  mengenai  berbagai
                persoalan,  yaitu  masalah  penyerobotan  tanah  perkebunan  di  Sumatra
                Timur, pertambangan minyak di Sumatra Utara, ratifikasi Perjanjian San
                Francisco,  dan  masalah  pembukaan  kedutaan  besar  Indonesia  di
                Moskow  (Wilopo,  1976:  34).  Tanggal  24  Juni  1953  mereka
                mengembalikan mandat kepada presiden.
                        Presiden  kemudian  menunjuk  formatur  baru  yaitu  Mukarto
                Notowidagdo  (PNI).  Ternyata  ia  pun  tidak  berhasil  mencapai
                kesepakatan  dengan  Masyumi  mengenai  komposisi  dan  personalia
                kabinet. Kemudian, untuk kedua kalinya Mukarto ditunjuk lagi sebagai
                formatur  dengan  tugas  membentuk  zaken  kabinet  yang  mendapat
                dukungan  cukup  dari  DPR.  Penunjukan  yang  kedua  kalinya  juga  gagal.
                Pada  tanggal  18  Juli  1953  Mukarto  mengembalikan  mandat  kepada
                presiden.
                        Presiden Sukarno kemudian menunjuk Mr. Wongsonegoro (PIR)
                sebagai formatur tunggal. PIR termasuk partai sedang (17 kursi di DPR).
                Waktu itu PIR menempati kedudukan ketiga setelah Masyumi dan PNI.
                Ia berhasil membentuk kabinet dengan menghimpun partai-partai kecil
                sebagai  pendukungnya.  Pada  tanggal  30  Juli  kabinet  baru  tersebut
                dilantik  tanpa  mengikutsertakan  Masyumi  tetapi  memunculkan
                Nahdlatul  Ulama  (NU)  sebagai  kekuatan  baru.  Ali  Sastroamijoyo
                diangkat sebagai perdana menteri dan Wongsonegoro (PIR) serta Zainul
                Arifin  (NU)  sebagai  wakil  perdana  menteri.  Kabinet  ini  dikenal  dengan
                nama  Kabinet  Ali  Sastroamijoyo  I  atau  Kabinet  Ali  –  Wongso.  Kabinet
                tersebut  untuk  pertama  kali  dalam  masa  demokrasi  parlementer
                mempunyai  dua  wakil  perdana  menteri.  NU  untuk  pertama  kali  ikut
                dalam  pemerintahan  setelah  memisahkan  diri  dari  Masyumi.  Kabinet
                didukung  oleh  PNI,  PIR,  NU,  PRN,  Parindra,  Partai  Buruh,  PSII,  Fraksi
                Progresisf,  SKI,  dan  BTI.  Dalam  kabinet  hanya  ada  seorang  menteri
                nonpartai.  Dukungan  Parlemen  sangat  meyakinkan  ketika  diadakan
                pemungutan suara (Wilopo, 1976: 35).
                        Pada  masa  Kabinet  Ali  I  suasana  kampanye  pemilihan  umum
                sudah  mempengaruhi  kehidupan  kepartaian  dan  masyarakat.  Pada
                tanggal 31 Mei 1954 dibentuk Panitia Pemilihan Umum Pusat diketuai





                188
   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205