Page 198 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 198

Pengayaan Materi Sejarah


                       Akibat  penandatanganan  perjanjian  tersebut,  di  DPR  diajukan
                mosi  Sunarjo  (Sunaryo)  dari  PNI  yang  menegaskan  agar  semua
                perjanjian  internasional  disahkan  oleh  DPR.  Tidak  lama  kemudian
                menyusul pernyataan PNI agar kabinet mengembalikan mandat kepada
                presiden.  Akhirnya  dengan  didahului  oleh  pengunduran  diri  Menteri
                Luar  Negeri  Ahmad  Subarjo,  PM  Sukiman  pada  tanggal  23    Februari
                1952 menyerahkan mandat kepada presiden.
                        Dengan jatuhnya Kabinet Sukiman terlihat bahwa dalam waktu
                dua tahun sejak negara kesatuan terbentuk, kabinet dua kali berganti.
                Pada  tanggal  1  Maret  1952  Presiden  Sukarno  menunjuk  Sidik
                Joyosukarto  (PNI)  dan  Prawoto  Mangkusasmito  menjadi  formatur.
                Presiden minta agar dibentuk sebuah kabinet yang kuat dan mendapat
                dukungan  cukup  dari  parlemen.  Usaha  kedua  formatur  tersebut  gagal
                karena  tidak  ada  kesepakatan  tentang  calon-calon  yang  didudukkan
                dalam  kabinet.  Pada  tanggal  19  Maret  kedua  formatur  itu
                mengembalikan mandat kepada presiden.
                        Presiden  kemudian  menunjuk  Mr.  Wilopo  (PNI)  sebagai
                formatur.  Pada  tanggal  30  Maret  Wilopo  mengajukan  susunan
                kabinetnya  yang  terdiri  dari  PNI  dan  Masyumi,  masing-masing
                mendapat  jatah  empat  orang.  Partai-partai  lain  adalah  PSI  dua  orang,
                PKRI,  Parkindo,  Parindra,  Partai  Buruh,  dan  PSII  masing-masing  satu
                orang, dan golongan nonpartai tiga orang. Dalam menentukan susunan
                personalia  kabinetnya  Wilopo  mengusahakan  suatu  tim  yang  padu
                sebagai zaken kabinet.
                        Program  Kabinet  Wilopo  terutama  ditujukan  pada  persiapan
                pemilihan  umum,  kemakmuran,  pendidikan  rakyat,  dan  keamanan.
                Program  luar  negeri  terutama  ditujukan  pada  penyelesaian  hubungan
                Indoensia  –  Belanda,  pengembalian  Irian  Barat  ke  Indonesia,  dan
                menjalankan politik bebas - aktif menuju perdamaian dunia.
                        Kabinet  Wilopo  berusaha  melaksanakan  programnya  sebaik-
                baiknya.  Akan  tetapi  banyak  kesukaran  yang  dihadapinya.  Di  antara
                kesukaran-kesukaran  itu  adalah  timbulnya  provinsialisme  bahkan
                separatisme. Di beberapa tempat di Sumatra dan Sulawesi timbul rasa
                tidak  puas  terhadap  pemerintah  pusat.  Alasan  utama  mereka  adalah
                karena  tidak  seimbangnya  alokasi  keuangan  yang  diberikan  oleh
                pemerintah  pusat  kepada  pemerintah  daerah.  Daerah  merasa  bahwa
                sumbangan  yang  mereka  berikan  kepada  pusat  lebih  besar  dari  pada
                yang dikembalikan oleh  pemerintah  pusat kepada pemerintah  daerah.
                Mereka juga menuntut diperluasnya otonomi daerah.



                186
   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203