Page 193 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 193

Kalimantan Timur, di Kalimantan Selatan juga ada  tuntutan  agar
                wilayah tersebut digabungkan dengan RI.
                        Di   negara   bagian   Kalimantan   Barat,   gerakan   untuk
                menggabungkan wilayah itu ke dalam Negara RI tidak berhasil, namun
                rakyat berhasil membubarkan Dewan Daerah Istimewa. Setelah Sultan
                Hamid Algadrie dipenjara karena keterlibatannya dalam gerakan APRA,
                gerakan  rakyat  untuk  membubarkan  dan  menggabungkan  negara
                bagian itu dengan RI makin kuat. Pada tanggal 22 April 1950 tuntutan
                mereka dikabulkan (Kahin, 1995: 579).
                        Di  NIT  timbul  krisis  di  kabinet.  Golongan  republiken  yang
                sebelumnya  mendukung  NIT  berusaha  untuk  membubarkan  negara
                bagian  tersebut  dan  memasukkan  wilayahnya  ke  dalam  Negara  RI.
                Dalam sidang tanggal 22 April 1950 Parlemen NIT menerima mosi tidak
                percaya terhadap Pemerintah NIT.  Mosi itu meminta agar Pemerintah
                NIT  meletakkan  jabatan  dan  membentuk  pemerintah  baru  yang
                mewakili semua golongan di Parlemen. Oleh karena mosi tersebut, PM
                Diapari  meletakkan  jabatan.  Sebagai  penggantinya  ditunjuk  Ir.  J.
                Putuhena  dengan  syarat  agar  kabinet  yang  dibentuk  mempunyai
                program  utama  membubarkan  NIT.  Tanggal  9  Mei  1950  Putuhena
                berhasil  membentuk  kabinet.  Program  kabinet  memasukkan  NIT  ke
                dalam  Negara  RI  secepatnya  dan  mengadakan  perundingan  dengan
                Pemerintah RIS dan Pemerintah RI.
                        Oleh karena rakyat NIT tidak sabar menunggu pembubaran NIT,
                maka muncul mosi-mosi dan resolusi-resolusi dari rakyat ke Pemerintah
                RIS. Mereka mendesak agar Pemerintah RIS secepatnya membubarkan
                NIT  dan  memasukkan  wilayahnya  ke  dalam  RI.  Pada  tanggal  12    Mei
                1950  PM  Putuhena  dan  Menteri  Penerangan  Henk  Rondonuwu
                (delegasi Pemerintah RI) serta Saleh Sungkar dan E.U. Pupella (delegasi
                Parlemen NIT) pergi ke Jakarta untuk berunding dengan Pemerintah RIS.
                Delegasi tersebut menyerahkan mandat kepada PM Mohammad Hatta
                untuk  berunding  dengan  Pemerintah  RI  tentang  pembentukan  negara
                kesauan. Piagam persetujuan antara Pemerintah RIS dan Pemerintah RI
                tercapai  pada  tanggal  19  Mei  1950.  Rakyat  NIT  tetap  mendesak
                Pemerintah RIS untuk membubarkan NIT dan memasukkan wilayahnya
                ke dalam Negara RI.
                        Di Negara Sumatra Timur (NST) gerakan menuntut pembubaran
                negara itu dan kembali ke negara kesatuan tidak jauh berbeda dengan
                gerakan yang terjadi di daerah-daerah lain. Aksi-aksi dilakukan dengan
                cara demonstrasi, penyampaian resolusi, mosi, dan membacakan



                                                                                 181
   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198