Page 205 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 205

kabinet. Oleh karena kegagalan itu, ia mengembalikan mandat kepada
                presiden. (Wilopo, 1976: 51).
                        Setelah  presiden  menerima  kembali  mandat,  ia  segera
                mengumumkan  berlakuknya  SOB  (negara  dalam  keadaan  bahaya).
                Dengan demikian Angkatan Perang mendapat wewenang khusus untuk
                mengamankan  negara.  Selain  itu,  presiden  mengadakan  pertemuan
                dengan  sejumlah  tokoh-tokoh  partai  dan  organisasi  politik  di  Istana
                Merdeka. Pertemuan  diadakan dalam rangka usaha membentuk suatu
                zaken kabinet darurat ekstra parlementer. Dalam pertemuan tersebut
                presiden menekankan bahwa cara pembentukan kabinet dalam keadaan
                darurat harus dilakukan dengan jalan darurat pula. Penyusunan kabinet
                tersebut  tidak  lagi  memperhatikan  kekuatan  di  DPR  tetapi  lebih
                mengutamakan keahlian dan kecakapan menteri-menteri yang diangkat.
                Setelah  mengadakan  tukar  fikiran  dengan  tokoh-tokoh  yang  hadir
                dalam  pertemuan  itu,  maka  presiden  mengumumkan  bahwa  cara
                pembentukan  kabinet  ialah  Presiden  Sukarno  menunjuk  warganegara
                Dr.  Ir.  Sukarno  sebagai  formatur.  Ia  kemudian  membentuk  Kabinet
                Karya  dan  menunjuk  Ir.  Juanda  (nonpartai)  sebagai  perdana  menteri.
                Kabinet  dilantik  tanggal  9  April  1957  dengan  wakil-wakil  perdana
                menteri masing-masing dari PNI, NU, dan Parkindo (Wilopo, 1976:  52).
                        Kabinet   Juanda    merupakan    zaken    kabinet.   Kabinet
                menyampaikan programnya ke DPR yaitu membentuk Dewan Perancang
                Nasional,  menormalisasikan  keadaan  RI,  melanjutkan  pelaksanaan
                pembatalan  Perjanjian  KMB,  perjuangan  Irian  Jaya,  dan  mempercepat
                pembangunan.  Program  Kabinet  Juanda  terdiri  dari  lima  pasal  atau
                “Panca Karya” sehingga kabinet ini dinamakan Kabinet Karya.
                        Pada  masa  pemerintahan  Kabinet  Juanda,  Konsepsi  Presiden
                mulai dilaksanakan. Pertama-tama pembentukan Dewan Nasional pada
                tanggal 6 Mei 1957 yang terdiri dari 45 orang anggota, masing-masing
                mewakili golongan fungsional seperti buruh, tani, wanita, dan pemuda.
                Kepala-kepala staf dan angkatan-angkatan dalam Angkatan Perang juga
                diangkat  sebagai  anggota.  Dewan  diketuai  oleh  Presiden  Sukarno.
                Resminya,  Dewan  Nasional  merupakan  Badan  Penasehat  bagi  kabinet
                yaitu memberikan nasehat baik diminta maupun tidak.
                        Walaupun  Dewan  Nasional  sudah  terbentuk,  kesukaran
                pemerintah  tetap  meningkat.  Dari  hari  ke  hari  keadaan  negara
                memburuk.  Masalah  daerah-daerah  di  Sumatra  dan  Sulawesi
                menyebabkan  hubungan  pusat  dan  daerah  terganggu.  Untuk
                meredakan pergolakan daerah-daerah, dari tanggal 10 - 14 September



                                                                                 193
   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210