Page 207 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 207
ekonominya di Indonesia. Untuk memperoleh dukungan terhadap
gerakannya, Westerling menggunakan kepercayaan rakyat akan
datangnya Ratu Adil. Tujuan APRA dan kaum kolonialis di belakangnya
ialah mempertahankan bentuk federal di Indonesia dan
mempertahankan adanya tentara sendiri di negara-negara bagian RIS.
Pasukan APRA lebih kurang sebanyak 523 orang, di antaranya
sekitar 300 orang adalah anggota Koninklijke Leger (KL). Mereka
dengan kekuatan 150 orang bersenjata lengkap pada tanggal 23
Januari 1950 menyerang kota Bandung. Pasukan APRA melucuti
anggota polisi di pos Cimindi, Cibeureum. Mereka membunuh setiap
anggota TNI yang mereka jumpai. Mereka berhasil menduduki Markas
Staf Divisi Siliwangi setelah membunuh hampir seluruh regu jaga yang
berjumlah 15 orang dan Letnan Kolonel Lembong. Hanya tiga orang
yang selamat karena dapat meloloskan diri dari pengepungan (Sujono,
2008: 346). Gerakan ini menewaskan lebih dari 79 anggota APRIS dan
banyak penduduk yang menjadi korban (Prijadi, 2003: 91).
Pemerintah RIS segera mengirimkan bantuan ke Bandung.
Kepolisian RIS mengirim kesatuan Brigade Mobil Polisi Jawa Timur
dipimpin oleh Komisaris Polisi II Sutjipto Judodihardjo. Sementara itu di
Jakarta diadakan perundingan antara PM Mohammad Hatta dan
Komisaris Tinggi Belanda. Sesuai dengan hasil perundingan, Komisaris
Tinggi Belanda memerintahkan Mayor Jenderal Engels (komandan
tentara Belanda di Bandung) agar memaksa Westerling dan pasukannya
meninggalkan kota Bandung. Sore hari itu juga pasukan APRA
meninggalkan kota Bandung.
Setelah pasukan APRA meninggalkan Bandung, APRIS
melakukan razia secara intensif. Tokoh-tokoh yang diduga terlibat
dalam gerakan ini ditangkap. Mereka adalah Anwar Tjokroaminoto (PM
Negara Pasundan), Komisaris Besar Polisi R. Jusuf, Komisaris Besar Polisi
Djanakun, Surja Kartalegawa, dan Male Wiranatakusumah (Sujono,
2008: 346).
Selain di Bandung, APRA juga merencanakan gerakan di Jakarta.
Di sini Westerling mengadakan kerja sama dengan Abdul Hamid
Algadrie (Menteri Negara tanpa portofolio Kabinet RIS). Rencananya
gerombolan APRA akan menyerang gedung tempat kabinet RIS
bersidang di Pejambon. Rencananya akan menculik semua menteri dan
membunuh Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX,
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Mr. Ali Budiardjo, dan
Pejabat Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel T.B. Simatupang. Rencana
195