Page 210 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 210

Pengayaan Materi Sejarah


                (pihak APRIS/TNI) dan Mayor Jenderal Scheffelaar (pihak KNIL/KL). Hasil
                perundingan  adalah  bahwa  kedua  belah  pihak  setju  menghentikan
                tembak  menembak  dan  dalam  waktu  dua  hari  pasukan  KNIL/KL  harus
                sudah meninggalkan Makassar (Sujono, 2008:  355).


                3.4.3.  Pemberontakan RMS
                        Pemberontakan  ketiga  yang  dihadapi  oleh  pemerintah  RIS  dan
                berlanjut sampai dengan pemerintah RI adalah Pemberontakan Republik
                Maluku Selatan (RMS). Pemberontakan ini tidak hanya mau memisahkan
                diri  dari  NIT  tetapi  juga  mau  memisahkan  diri  dari  pemerintah  RIS.
                Pendiri  RMS  adalah  Mr.  Dr.  Christian  Robert  Soumokil,  bekas  Jaksa
                Agung NIT.
                        Pada  tanggal  4  April  1950  Ir.  Manusama  (Direktur  Ambonsche
                Burgerschool)  mengundang  rapat  para  rajapati  (penguasa  desa)  dari
                Pulau Ambon bertempat di kantornya. Ia mengemukakan kepada para
                rajapati  bahwa  penggabungan  Maluku  Selatan  dengan  wilayah
                Indonesia lainnya mengandung bahaya. Untuk memperingatkan kepada
                seluruh rakyat Pulau Ambon mengenai bahaya itu, para rajapati setuju
                jika Manusama mengadakan rapat umum di kota Ambon. Pada tanggal
                18 April diadakanlah rapat umum  itu.
                        Peran Soumokil dalam proses pembentukan RMS tampak ketika
                ia  mengadakan  rapat  rahasia  di  Tulehu  tanpa  mengikutsertakan  para
                pamong praja. Dalam rapat yang dihadiri oleh para pemuka KNIL dan Ir.
                Manusama,  Soumokil  menganjurkan  agar  KNIL  bertindak,  seluruh
                anggota  Dewan  Maluku  Selatan  disarankan  agar  dibunuh,  kemudian
                daerah itu dinyatakan sebagai negara merdeka. Sebagian peserta rapat
                menolak  gagasan  melakukan  pembunuhan.  Untuk  melakukan
                proklamasi  disarankan  agar  pemerintah  daerah  sendiri  yang
                melakukannya.  Dalam  rapat  kedua  pada  sore  hari  itu  Kepala  Daerah
                Maluku  Selatan,  J.  Manuhutu,  dipaksa  hadir  di  bawah    ancaman
                pasukan KNIL (Sujono, 2008:  357).
                        “Proklamasi  RMS”  dikeluarkan  tanggal  25  April  1950.  Ada  dua
                alasan yang diberikan oleh gembong-gembong RMS untuk memisahkan
                Maluku  Selatan  dan  Tenggara  dari  sistem  ketatanegaraan  pada  tahun
                1950.  Pertama,  NIT  sudah  tidak  sanggup  mempertahankan
                kedudukannya  sebagai  negara  bagian  selaras  dengan  peraturan-
                peraturan  Muktamar  Denpasar  yang  masih  sah  berlaku.  Kedua,  RIS
                sudah bertindak bertentangan dengan keputusan-keputusan KMB dan



                198
   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215