Page 411 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 411
Disisi lain, aksi mahasiswa semakin meluas sejak tanggal 14 Mei 1998
dan mendapat dukungan dari masyarakat. Aksi mereka mulai menduduki
gedung-gedung pemerintah di pusat dan daerah.
Aksi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, yang
mendapat dukungan masyarakat luas, berhasil menduduki gedung
DPR/ MPR RI dan nyaris tidak ada satupun pihak penjaga keamanan
yang mengusir mereka. Mereka menjadikan gedung DPR/MPR RI sebagai
pusat gerakan yang relatif aman. Ratusan ribu mahasiswa menduduki
gedung rakyat. Mereka berupaya menemui pimpinan MPR/DPR dan
memintanya untuk mengambil sikap yang tegas. Tekanan mereka mulai
membuahkan hasil ketika pada 18 Mei 1998, Harmoko ketua DPR/ MPR
RI, meminta Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri dari jabatannya
demi kepentingan nasional. 13
Dalam menindaklanjuti tuntutan tersebut Soeharto melakukan
pertemuan dengan ulama dan tokoh masyarakat, antara lain
Abdurrahman Wahid (ketua PB NU), Emha Ainun Nadjib (Budayawan),
Nurcholish Madjid (Ketua Yayasan Paramadina), Ali Yafie (Ketua MUI),
Malik Fadjar (Muhammadiyah), Yusril Ihza Mahendra (FHUI), Cholil Bisri
(Muslimin Indonesia), Sumarsono (Muhammadiyah), Achmad Bagdja
dan Ma‟ruf Amin (NU). Pertemuan tersebut membahas kondisi terakhir
terkait tuntutan mahasiswa dan elemen masyarakat yang tetap
menginginkan Presiden Soeharto mundur. Namun Presiden Soeharto
merespon dengan membentuk Komite Reformasi dan melakukan
reshuffle Kabinet Pembangunan VII dengan menganti menjadi Kabinet
Reformasi. Kepercayaan diri Soeharto akhirnya runtuh setelah upaya
membentuk Kabinet Reformasi pada tanggal 20 Mei 1998 gagal. 14
Memanfaatkan momentum hari Kebangkitan Nasional 20 Mei,
Amin Rais pada awalnya menggagas mengadakan doa bersama di
lapangan Tugu Monas. Namun, Amin Rais membatalkan rencana
tersebut karena di kawasan tersebut telah bersiaga 80.000 tentara
bersenjata lengkap. Di Yogyakarta, Surakarta, Medan, dan Bandung
ribuan mahasiswa dan rakyat berdemonstrasi. Ketua MPR/DPR Harmoko
kembali meminta Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri pada
Jumat tanggal 20 Mei 1998 atau DPR/MPR akan memilih presiden baru.
Bersamaan dengan itu, sebelas menteri Kabinet Pembangunan VII
mengundurkan diri, diantaranya Ginajar Kartasamita. 15
399