Page 423 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 423

undang  yang  jauh  melebihi  angka  produktivitas  legislatif  selama  masa
                Orde Baru yang hanya tercatat sebanyak 4,07 undang-undang per tahun
                (0,34 per bulan).
                        Untuk  meningkatkan  kinerja  aparatur  negara  penegak  hukum,
                BJ Habibie melakukan reorganisasi kepolisian, Kepolisian dikembangkan
                keberadaannya  dan  dipisahkan  dari  organisasi  Tentara  Nasional
                Indonesia.  Jadi  fungsi  kepolisian  negara  dapat  lebih  terkait  ke  dalam
                kerangka sistem penegakan hukum.
                        Tekad  untuk  mengadakan  reformasi  menyeluruh  dalam
                kehidupan  nasional,  telah  berulang  kali  ditegaskan  oleh  B.J  Habibie
                bahwa  Undang-Undang  Dasar  1945  sebagai  hukum  dasar  tertinggi
                negara  yang  selama  ini  seakan-akan  disakralkan  haruslah  ditelaah
                kembali  untuk  disempurnakan  sesuai  dengan  kebutuhan  zaman.
                Penyempurnaan  Undang-Undang  Dasar  dipandang  penting  untuk
                menjamin agar pemerintahan di masa-masa yang akan datang semakin
                mengembangkan  sesuai  dengan  semangat  demokrasi  dan  tuntutan  ke
                arah  perwujudan  masyarakat  madani  yang  dicita-citakan.  Untuk  itu
                pada  era  pemerintahan  B.J.  Habibie  Ketetapan  MPR  No  11/1978
                mengenai  keharusan  dilakukannya  referendum  terlebih  dahulu  sebelum
                diberlakukannya amandemen terhadap Undang-undang Dasar dicabut.

                        Setelah  pemilihan  umum  hasilnya  di  umumkan  dan  terbentuk
                anggota  DPR/MPR  periode  1999-2004  kemudian  dilaksanakan  Sidang
                Umum  MPR  mulai  1  sampai  21  Oktober  1999.  Amin  Rais  dari  Partai
                Amanat Nasional (PAN) terpilih sebagai Ketua MPR dan Akbar Tanjung
                dari  Partai  Golkar  terpilih  sebagai  Ketua  DPR.  Pada  14  Oktober  1999,
                Presiden B.J. Habibie menyampaikan pidato pertanggungjawabannya di
                depan Sidang Umum MPR. Dalam pemandangan umum fraksi-fraksi atas
                pidato  pertanggung  jawaban  Presiden  Habibie  tanggal  15-16  Oktober
                1999, dari sebelas fraksi yang menyampaikan pemandangan umumnya,
                hanya empat fraksi yang secara tegas menolak, sedangkan enam fraksi
                lainnya  masih  belum  menentukan  putusannya.  Kebanyakan  fraksi  itu
                memberikan  catatan  serta  pertanyaan  balik  atas  pertanggungjawaban
                Habibie  itu.  Masalah  diangkat  diantaranya  masalah  Timor-Timur,
                pemberantasan  KKN,  masalah  ekonomi  dan  masalah  Hak  Azasi
                Manusia. 29
                Setelah mendengar jawaban Presiden Habibie atas  pemandangan  umum
                fraksi-fraksi, MPR dalam sidangnya pada 20 Oktober 1999, dini hari



                                                                                 411
   418   419   420   421   422   423   424   425   426   427   428