Page 428 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 428

Pengayaan Materi Sejarah


                        Di  sisi  lain  Abdurrahman  Wahid  juga  berpendapat  bahwa
                pendidikan  universal  bisa  tumbuh  di  sekolah  maupun  di  masyarakat.
                Oleh karena itu muncul istilah yang diakui secara resmi dalam kebijakan
                pendidikan  nasional  yaitu  pendidikan  formal  (SD,  SMP,  SMA  dan    PT)
                dan pendidikan nonformal (keluarga, lingkungan kerja, komunitas sosial
                dan  lain-lain).  Cetak  biru  pendidikan  berbasis  sekolah  dan  pendidikan
                universal  tertual  dalam  UU  no  25  tahun  2000  tentang  Program
                Pembangunan Nasional (khusus bidang  pendidikan) 37
                Kebijakan Akomodasionis

                Abdurrahman  Wahid  Sudah  dikenal  sebagai  tokoh  pluralis  sebelum  ia
                menjadi  presiden.  Ia  berpendapat  bahwa  setiap  warga  negara,  tanpa
                memperhatikan  etnis,  agama  dan  aliran  politiknya  memiliki  hak  dan
                kedudukan yang sama. Pemikiran tersebut merupakan esensi dari ajaran
                agama apapun karena Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Prinsip
                inilah yang dipegang Abdurrahman Wahid dalam berbagai aktivitasnya.
                        Sikapnya  yang  mengayomi  kaum  minoritas  merupakan
                perwujudan dari pemikirannya tentang Islam rahmat bagi alam semesta.
                Ketika  menjadi  presiden,  gagasan  tentang  pluralis  dan  pembelaan  hak
                kaum  minoritas  direalisasikan  dengan  mencabut  Inpres  No  14  tahun
                1967.  Selanjutnya  Presiden  Abdurrahman  Wahid  pemulihan  hak
                minoritas  keturunan  Tionghoa  untuk  menjalankan  keyakinan  mereka
                yang  beragama  Konghucu  melalui  Keputusan  Presiden  No.  6    tahun
                2000  mengenai  pemulihan  hak-hak  sipil  penganut  agama  Konghucu.
                Melalui keputusan itu pula Presiden Abdurrahman Wahid menetapkan
                Imlek sebagai hari libur nasional. Pada masa pemerintahannya, Presiden
                Abdurrahman  Wahid  berupaya  mengurangi  campur  tangan  negara
                dalam    kehidupan    umat    beragama.       Lebih    lanjut,   Presiden
                Abdurrahman  Wahid  menyatakan  bahwa  “Kita  hanya  akan  mampu
                menjadi bangsa yang kokoh, kalau umat beragama yang berbeda dapat
                saling  mengerti  satu  sama  lain,  bukan  hanya  sekedar  saling
                menghormati.”  Kebijakan  ini  menjadikan  Abdurrahman  Wahid
                memperoleh gelar Bapak Tionghoa Indonesia.  38
                        Di  sisi  lain,  Presiden  Abdurrahman  Wahid  mengambil    sikap
                yang  berseberangan  dengan  sikap  partai  politik  pendukungnya
                terutama  dalam  kasus  komunisme  dan  masalah  Israel.  Sikap  Presiden
                Abdurrahman  Wahid  yang  cenderung  mendukung  pluralisme  dalam
                masyarakat termasuk dalam kehidupan beragama dan hak-hak



                416
   423   424   425   426   427   428   429   430   431   432   433