Page 418 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 418

Pengayaan Materi Sejarah


                        Habibie  juga  melakukan  kebijakan  baru  dengan  melarang
                rangkap  jabatan  pemerintahan  dengan  pimpinan  partai  Politik.
                Kebijakan ini berdampak pada mundurnya Akbar Tanjung selaku ketua
                partai Golkar dan Hamzah Haz selaku ketua  PPP.

                        Dalam  melaksanakan  reformasi,  terdapat  tiga  permasalahan
                nasional yang membayangi stabilitas nasional, yaitu Timor Timur, Aceh
                dan Irian Jaya. Untuk menghindari kekacauan dan instabilitas ekonomi-
                politik  ketika  proses  reformasi  berjalan,  Habibie  mengajukan  Otonomi
                Daerah yang lebih demokratis dan semakin luas sebagai solusi penangan
                masalah  Aceh  dan  Irian  Jaya.  Kebijakan  ini  diharapkan  akan
                meminimalkan  ancaman  disintegrasi  bangsa.  Otonomi  daerah
                ditetapkan melalui Ketetapan MPR No XV/MPR/1998.

                c. Partai Politik dan Pemilu 1999
                        Salah  satu  misi  terpenting  pemerintahan  Habibie  adalah
                membuka      jalan   peralihan   demokratis   dengan   mempercepat
                pelaksanaan  pemilihan  umum.  Habibie  memandang  bahwa  pemilu
                merupakan  instrumen  terpenting  dalam  membangun  demokrasi.  Oleh
                karena itu Habibie meminta DPR untuk melakukan perubahan terhadap
                UU  pemilihan  umum.  Karena  sistem  politik  yang  ada  sangat
                mengistimewakan  golkar.  Sistem  tersebut  membuat  DPR/  MPR  tidak
                memiliki  legitimasi  di  mata  masyarakat.  Legitimasi  masyarakat  sangat
                diperlukan dalam mengubah situasi krisis yang tidak terprediksi menjadi
                terprediksi. Faktor inilah yang mendorong Habibie menyiapkan pemilu
                secepatnya.  Langkah  awal  yang  dilakukan  oleh  Habibie  adalah
                memberikan     kebebasan    berpolitik   dengan   mencabut    aturan
                pembatasan partai politik. Kebijakan tersebut memunculkan kebebasan
                untuk mendirikan partai politik, sehingga sampai pertengahan Oktober
                1998 tercatat sebanyak 80 partai politik baru, bahkan ketika Pemilihan
                Umum  akan  dilaksanakan,  jumlahnyab  mencapai  141  partai.  Setelah
                diverifkasi  oleh  Komisi  Pemilihan  Umum  menjadi  95  partai,  dan  yang
                berhak mengikuti Pemilihan Umum 48  partai.

                        Pemilihan  umum  1999,  merupakan  tonggak  terpenting  dalam
                pembangunan demokrasi di Indonesi, karena ini menjadi langkah awal
                pemilu  yang  demokratis.  Pemilu  1999  adalah  penyelenggaraan  pemilu
                dengan multipartai.

                        Setelah  UU  pemilihan  umum  disahkan,  presiden  membentuk
                Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang anggota-anggotanya terdiri dari



                406
   413   414   415   416   417   418   419   420   421   422   423