Page 61 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 61
1.2.2. Konferensi Asia Afrika
Dari Kolombo Menuju Bandung
Munculnya ketegangan dunia akibat dari adanya persaingan
antara blok barat dan blok timur sangat mengkhawatirkan sebagaian
negara-negara di kawasan Asia dan Afrika yang pada akhir PD II
sebagian besar baru memperoleh kemerdekaannya. Adanya persaingan
kedua blok tersebut,, membuat negara negara Asia Afrika khawatir
bahwa wilayah mereka akan dijadikan arena persaingan dan perebutan
pengaruh yang bisa menyebabkan ketidakstabilan politik dan ekonomi
di kawasan tersebut. Kekhawatiran mereka menjadi kenyataan dengan
munculnya beberapa konflik di kawasan Asia seperti Perang Vietnam
dan Perang Korea. Dalam dua konflik tersebut, pihak-pihak internal
yang bersengketa atau berkonflik mendapatkan dukungan dari masing
masing blok . Korea Utara dan Vietnam Utara mendapatkan dukungan
dari blok timur (Uni Soviet) , sedangkan pihak lawannya, Korea Selatan
dan Vietnam Selatan mendapatkan dukungan dari blok barat (AS).
Dalam persaingan antara kedua blok tersebut, kedua nya memang tidak
pernah berhadapan secara langsung dalam perang terbuka.
Melihat fenomena seperti itu, beberapa pemimpin negara-
negara Asia Afrika yang baru merdeka, seperti Indonesia, India,
Burma/Myanmar, Srilangka dan Pakistan , berinisiatif untuk membuat
pertemuan yang akan mendiskusikan permasalahan-permasalahan
dunia yang krusial pada saat itu. Keadaan itulah yang melatarbelakangi
lahirnya gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.
Gagasan untuk mengadakan sebuah konferensi yang
melibatkan negara-negara Asia-Afrika diawali dari pertemuan di
Kolombo yang digagas oleh PM Srilangka Sir John
Kotelawala.Pertemuan ini dikenal dengan Sidang Panca Perdana
Menteri yang dihadiri oleh para Perdana Mentri dari Burma, Srilangka,
India, Indonesia dan Pakistan. Munculnya gagasan untuk mengadakan
sidang ini di dorong oleh kekhawatiran dan keprihatinan atas situasi
peperangan yang sedang berkecamuk di Indocina, dan perkembangan
perlombaan senjata nuklir antara dua blok.
Adanya undangan dari Srilangka tersebut disambut baik oleh
Indonesia, yang sejak bulan Juli 1953 pemerintahan Indonesia dipegang
oleh Ali Sastroamidjojo. Rencana pertemuan tersebut dinilai sebagai
4
9