Page 111 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 111

DINAMIKA DALAM KEBERAGAMAN:
                        JEPANG, ETNIK TIONGHOA DAN PRIBUMI  (1942-1945)

            Imamura  mengaku  terkesan  dengan  dukungan  rakyat  Tiongkok  (termasuk  kaum
            perempuannya)  terhadap  tentara  Kuomintang  dalam  perang  melawan  agresi
            Jepang, sehingga dia meragukan keabsahan operasi militer Jepang di sana. Sangat
            mungkin  pengalamannya  bertugas  di  Tiongkok  banyak  memberikan  masukan
            langsung  padanya  akan  watak  orang-orang  Tionghoa.  53   Apabila  orang-orang
            Tionghoa  diperlakukan  secara  keras,  maka  justru  mereka  akan  mengadakan
            perlawanan yang sangat sengit, seperti di Tiongkok.
                    Di  tengah  banyaknya  kritik  dari  rekan-rekannya  di daerah  lain, Imamura
            dikenal menjalankan kebijaksanaan "lunak" di Jawa, yang dinilai menyimpang dari
            rencana dasar yang telah digariskan di Tokyo. Kebijaksanaan "lunak" ini berbentuk
            memberikan  prioritas  dengan  segera  kepada  pembangunan  kembali  bidang
            ekonomi, dan mengembalikan kehidupan sipil yang normal dengan memanfaatkan
                                      54
            keahlian orang-orang Tionghoa.  Desakan dari Tokyo dan Singapura agar Imamura
            membatasi   kegiatan   organisasi   ekonomi   orang-orang   Tionghoa   tidak
            dipedulikannya. Dalam pemikiran  Imamura,  pembatasan  semacam  itu  pasti  akan
            menghentikan  arus  mengalirnya  barang-barang  secara  normal,  termasuk  bahan-
                                  55
            bahan  kebutuhan  perang.  Dengan  demikian  suatu  kebijaksanaan  "tangan  besi"
            tidak  diperlukan  di  Jawa.  “Mereka  yang  mengeritik  administrasi  di  Jawa  tidak
            mengetahui  realitas  yang  sebenarnya  disini”,  demikian  tulisnya.  56   Selain  itu,
            kebijakan  Imamura  tidaklah  bertentangan  dengan  kebijakan  pokok  tanggal  20
            November 1941. Dengan keputusan Imamura ini, kebijaksanaan Jepang terhadap
            Tionghoa  di  Jawa  tergolong  “lunak”  dibandingkan  dengan  di  daerah  lain  seperti
            Kalimantan, Singapura dan Malaya.

            Pengaruh Kekerasan dan Aksi Kaum Nasionalis Lokal

            Aksi-aksi  kekerasan  yang  dilakukan  berbagai  pihak  terhadap  golongan  Tionghoa
            pada masa peralihan agaknya merupakan hal yang justru di luar perkiraan orang
            Tionghoa  sendiri.  Jika  selama  ini  orang  Tionghoa  memandang  kemungkinan
            datangnya bahaya adalah dari utara (Jepang), dengan tidak disangka, bahaya yang
            lebih besar justru datang dari sekelilingnya sendiri (dalam negeri). Selama ini orang
            Tionghoa merasa bahwa hubungannya dengan golongan pribumi cukup "harmonis",
            namun kenyataannya tidak semulus itu.
                                             57
                    Ada  beberapa  pendapat  mengapa  terjadi  perampokan  toko  dan  pabrik
            Tionghoa.  Satu  sumber  mengatakan  bahwa  perampokan  dipancing  oleh  tentara
            Belanda  yang  mengundurkan  diri  sambil  merampok.  Pendapat  lain  mengatakan
            bahwa tentara Jepang mendorong rakyat untuk merampok toko-toko Tionghoa.
                                                                               58


                                             102
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116