Page 113 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 113

DINAMIKA DALAM KEBERAGAMAN:
                        JEPANG, ETNIK TIONGHOA DAN PRIBUMI  (1942-1945)


            Pola  seperti  ini  bagaikan  lingkaran  setan,  sampai  kapanpun  akan  tetap  berjalan,
            selama syarat-syarat tertentu belum terpenuhi atau munculnya situasi yang sama
            sekali baru.

            Eksperimen dengan Keberagaman

            Mengawali  kebijakan  rasialnya,  Jepang  pertama-tama  mencoba  menggabungkan
            berbagai  kelompok  etnik  di  awal  masa  pendudukan  ke  dalam  "Pergerakan
            A.A.A”atau biasa disingkat " Tiga A". Organisasi ini didirikan pada 29 Maret 1942--
            hanya beberapa hari setelah kapitulasi resmi Hindia Belanda--oleh Shimizu Hitoshi,
            seorang anggota Barisan Propaganda (Sendenbu) yang berpengaruh. Adapun tokoh
            Indonesia yang diangkat menjadi pimpinan adalah Mr. Samsoedin. Sarjana hukum
            kelahiran Sukabumi ini sebelumnya adalah tokoh Partai Indonesia Raya (Parindra)
                                                         62
            yang  juga  pernah  menjabat  wakil  walikota  Bogor.  Adapun  perkumpulan  ini
            disebut "Tiga A" dengan mengacu pada motonya, yakni: "Nippon Pemimpin Asia",
            "Nippon Pelindung Asia" dan "Nippon Cahaya Asia" (lihat gambar 5).
                    Tidak  banyak  sumber  tertulis  mengenai  3A  ini,  namun  di  Perpusnas
            Jakarta  ditemukan  satu  dokumen  bertajuk  "Instroeksi-Instroeksi"  dari  Poetjoek
            Pimpinan Pergerakan Tiga A, yang bertitimangsa 18 Juni 1942 dengan tertanda Mr.
            R.  Samsoedin.  Dokumen  ini  menginstruskikan  berdirinya  cabang-cabang
            pergerakan  Tiga  A  di  tingkat  Kabupaten  dan  Kawedanan  dengan  didahului  oleh
            rapat  persiapan.  Lebih  lanjut  diserukan  agar  "jang  perloe  dioendang  boeat
            menghadiri rapat itoe jalah orang-orang Indonesia, Tionghoa, Arab dan India jang
            terkemoeka, teristimewa orang2 jang soedah pernah doedoek didalam sesoeatoe
            pengoeroes tjabang dari soeatoe perkoempoelan dan tidak tertjatjat namanja, baik
            perkoempoelan  politiek,  ekonomi  atau  sosial,  baik  perkoempoelan  agama
                                           63
            ataupoen perkoempoelan pemoeda".  Adapun terkait pucuk pimpinan, disebutkan
            bahwa ",,,,Didalam Pimpinan ini haroes ada wakil2 dari pihak Tionghoa, Arab dan
            India,  sebagai  Pembantoe2.  Kalo  di  sesoatoe  tjabang  terdapat  banjak  bangsa
            Tionghoa,  Arab  atau  India,  maka  dibawah  Pimpinan  jang  Tertinggi  ini  masing2
            golongan mengadakan soesoenannja sendiri2, jaitoe golongan Indonesia, Tionghoa,
                          64
            Arab dan India."
                    Dengan  beragam  alasan,  orang  Tionghoa,  Arab  dan  Indo  Eropa  segera
            menyambut  gerakan  tersebut  dengan  antusias.  Beberapa  laporan  pers
            kontemporer  menyebutkan  bahwa  Jepang  meminta  orang  Tionghoa  untuk  ikut




                                             104
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118