Page 118 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 118
HUBUNGAN INDONESIA DAN JEPANG DALAM LINTASAN SEJARAH
"sah secara hukum". Dengan demikian, dalam konteks masyarakat Tionghoa,
74
hanyalah HCCH satu-satunya yang diberi wewenang untuk "mewakili" mereka.
Untuk golongan minoritas asing lain didirikanlah Arabujin Shidô Iinkai (Panitia
Bangsa Arab atau Panitia Peranakan Arab) untuk golongan Arab, Indian
Independence League untuk golongan India dan Konketsu Jûmin Iinkai (Kantor
Oeroesan Peranakan) untuk orang-orang Indo Eropa.
Dalam HCCH. golongan peranakan dan totok dikumpulkan menjadi satu
dalam wadah tunggal, suatu hal yang tidak pernah bisa terwujud pada masa
sebelumnya. Adanya suatu "organisasi induk" bagi seluruh komunitas Tionghoa,
tanpa memandang latar belakang peranakan-totok atau identitas lainnya, telah
75
lama menjadi impian para pemuka Tionghoa tertentu. Ironisnya, di bawah
paksaan Jepang, barulah impian itu dapat terwujud. Inilah salah satu paradoks yang
muncul pada golongan Tionghoa pada zaman Jepang. Seorang propagandis HCCH
Yogyakarta mengomentari arti berdirnya organisasi tunggal tersebut:
"…karena cita-citanya pemerintah Bala Tentara Dai Nippon menghendaki
persatuan dari sesama bangsa Asia, maka tidak kita heran jika wujudnya
perkumpulan Tionghoa pada waktu ini tidak bersifat "baba untuk baba"
atau "Tionghoa totok guna Tionghoa totok". Hanya semua perkumpulan
disini sudah menjadi satu, yaitu HCCH. Suatu pusat perkumpulan Tionghoa
yang bukan cuma hendak mempersatukan tenaga Tionghoa semata-mata,
akan tetapi juga merupakan pusat tenaga Tionghoa yang senantiasa
bersedia mempersembahkan tenaga persatuan dan tenaga kepandaian
dari golongan Tionghoa untuk membantu Bala Tentara Dai Nippon
menyempurnakan Asia Raya…"
76
Demikianlah tindakan Jepang dalam mendirikan berbagai badan menurut
kelompok etnis, yang sekaligus memperkuat identitas kelompok berdasarkan
ikatan-ikatan primordial. Tindakan ini secara langsung semakin menjauhkan
masing-masing kelompok minoritas keturunan asing tadi dari golongan Indonesia
Pada hakekatnya HCCH adalah suatu organisasi induk atau “organisasi
payung" (umbrella organization) yang menampung segala aspek kegiatan dalam
77
komunitas Tionghoa lokal. Tentu saja orang-orang yang bertugas disini memikul
beban berat, karena mereka harus siap menyuarakan apa yang diinginkan Jepang
serta memobilisasikan dana dari komunitas Tionghoa untuk keperluan perang,
dalam bentuk emas berlian, besi tua, atau uang. Twang Peck-yang telah
mendokumentasikan dengan baik berbagai macam “sumbangan” etnik Tionghoa
untuk jalannya peperangan, termasuk menyumbang pembelian beberapa pesawat
109