Page 121 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 121

DINAMIKA DALAM KEBERAGAMAN:
                        JEPANG, ETNIK TIONGHOA DAN PRIBUMI  (1942-1945)




























                              Poster propaganda Jepang bagi golongan Tionghoa.
                     Sumber: Peter Post et al. (ed.), The Encyclopedia of Indonesia in the Pacific War
                              Sumber: Leiden: Brill, 2010, tanpa nomor halaman.

                    Suatu upaya lain yang cukup spektakuler, adalah dinaikkannya status hari
                                                                   89
            besar  Tionghoa.  Hari  raya  memperingati  tahun  baru  Imlek  2494  dijadikan  hari
                                 90
            besar sekaligus hari libur,  suatu hal yang belum pernah terjadi pada masa Hindia
            Belanda. Bahkan dalam menyambut hari raya Tionghoa tersebut koran-koran tidak
            terbit.  91   Lebih  hebatnya  lagi,  seluruh  penduduk  Yogyakarta  diminta  untuk
            mengibarkan bendera Jepang (kokki) pada hari tersebut.  Bagi golongan Tionghoa
                                                           92
            sendiri walaupun perayaan acara Imlek tersebut tidak ada bedanya dengan zaman
            Belanda,  tetapi  disebutkan  adanya  "suasana  batin"  yang  terasa  lain. Pada  zaman
            Belanda  Imlek  tidak  dijadikan  hari  libur  resmi,  yang  menandakan  tidak  ada
            perhatian  Belanda  terhadap  arti  penting  Imlek  tersebut.    Keputusan  Dai  Nippon
            untuk  meliburkan  pada  hari  raya  Imlek  menurut  seorang  propagandis  HCCH
            Yogyakarta memberi arti “…bangsa Tionghoa sudah dikembalikan pada tempatnya,



                                             112
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126