Page 195 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 195
HUBUNGAN INDONESIA-JEPANG
1945-1958
Empat Negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Birma, Filipina dan
Vietnam Selatan menuntut pampasan perang kepada pemrintah Jepang. Empat
negara penerima pampasan mengadakan negosiasi bilateral dengan pemerintah
Jepang berdasarkan atas syarat yang ditentukan pasal 14 Perjanjian San Fransisko
yang berbunyi “Japan will promptly enter into negotiations with Allied Powers so
desiring, whose present territories were occupied by Japanese forces and damaged
by Japan”.
Seperti sudah dibahas di atas Konferensi Sanfransisco ini diadakan atas
prakarsa pemerintah Amerika Serikat dan negara-negara nonkomunis. Indonesia,
sebagai negara yang pernah dikuasai Jepang juga diundang dan menandatangani
perjanjian itu. Tetapi di kemudian hari, perjanjian itu tidak bisa diratifikasi
Parlemen Indonesia dengan alasan konferensi San Fransisco itu cacat karena tidak
dihadiri dan oleh negara-negara komunis.
Tetapi hal itu tidak berarti Indonesia kehilangan hak menuntut pampasan,
dan negosiasi untuk itu sudah mulai secara bilateral pada tahun 1951 sejak selesai
konferensi San Fransisco. Tetapi negosiasi pampasan itu mengalami banyak
kesulitan dan menghabiskan waktu hingga 6 tahun lamanya (1952-1958). Ada
pengertian secara tidak tertulis bahwa hubungan diplomatik tidak akan dibuka
kalau masalah pampasan perang tidak beres. Karena itu perjanjian perdamaian dan
pembukaan hubungan diplomasi itu tidak terealisasi sebelum Jan. 1958 pada waktu
perjanjian pampasan ditandatangani.
Akhirnya pembayaran pampasan disetujui oleh pihak Jepang pada Januari
1958 tetapi jumlah pampasan perang yang disepakati hanya 13 % dari yang mula
mula dituntut pihak Indonesia. Mengapa jumlah pembayarannya dikurangi begitu
banyak? Dana mengapa negosiasi makan waktu begitu lama?
(2) Tuntutan Indonesia Semula : Pertemuan DJuanda-Tsushima (Desember
1951)
Pemerintah Indonesia mengirim delegasi yang diketuai Menteri
Perhubungan Djuanda Kartawidjaja untuk negosiasi pampasan yang pertama kali di
Tokyo. Mereka tiba di Tokyo pada 17 Desember 1951 dan mengadakan negosiasi
dengan tim Jepang yang diketuai Gubernur Bank Jepang Juichi Tsushima. Jumlah
yang dituntut pihak Indonesia adalah US $ 17.5 miliyar, senilai dengan 32.5 miliyar
gulden. Berdasarkan perhitungan kerusakan aktual, jumlah itu cukup wajar dan
37
tidak terlalu mahal. Namun angka itu hampir sejumlah dengan Annual Gross
National Income Jepang pada tahun 1951 (US $15.2 miliyar). Maka itu tuntutan itu
186