Page 117 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 117

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                        Menarik   untuk    mencermati    daerah   yang    melengkapi
                pemerintahan  keresidenannya  dengan  jawatan/instanasi  yang  banyak.
                Gejala ini sesungguhnya, di samping bisa dipahami dari segi tersedianya
                SDM  yang  memadai  atau  lebih  dari  cukup,  juga  bisa  dilihat  dari
                perspektif  ―bagi-bagi‖  kursi/jabatan  dalam  upaya  memberi  tempat
                kepada  berbagai  kelompok  yang  ada  di  tengah  masyarakat,  sebagai
                bagian dari strategi untuk menyatukan kekuatan daerah dalam rangka
                merangkul  semua  komponen  masyarakat,  merangkul  mereka  dalam
                upaya  mendukung  proklamasi.  Bahkan  tokoh  yang  semula  dianggap
                sebagai ―kaki tangan‖ pemerintah kolonial juga dirangkul. Dengan itu,
                diharapkan  dia  akan  ―tobat‖.  Perspektif  seperti  ini,  walaupun
                menyebabkan  ―borosnya‖  aparat  pemerintahan  daerah—sebab  ada
                jawatan/kantor  yang  dibuat  nyaris  tidak  berfungsi  pada  saat  itu—
                namun  sangat  berarti  bagi  penggalangan  kekuatan  guna  mendukung
                republik yang masih muda dan butuh kesolidan berbagi pihak.

                        Walaupun  demikian,  tidak  bisa  pula  diingkari,  bahwa  setelah
                pengesahan  pembentukan  Propinsi  Sumatera  dan  pembentukan  serta
                pengesahan pemerintahan keresidenan, masih ada kekuatan asing dan
                kelompok  masyarakat  yang  tidak  setuju  dengan  kemerdekaan  serta
                tegaknya  pemerintahan  republik  di  Sumatera.  Tidak  itu  saja,  sebagian
                dari mereka menginginkan agar negara proklamasi segera berakhir dan
                kaum kolonialis Belanda berkuasa kembali. Dengan kata lain, masih ada
                kekuatan yang menentang dan mengingkari proklamasi.


                2.6. Menentang dan Mengingkari Proklamasi
                Aksi  penentangan  dan  pengingkaran  proklamasi  dilakukan  oleh
                setidaknya  tiga  kelompok  masyarakat/bangsa,  begitu  pula  ada  tiga
                bentuk  keterlibatan  anggota  masyarakat/bangsa  tersebut  dalam
                penentangan  /pengingkaran  proklamasi.  Pertama,  semua  anggota
                kelompok/bangsa  tersebut  tidak  menyetujui  kemerdekaan  RI.  Kedua,
                hanya  sebagian  (besar)  dari  kelompok  masyarakat/bangsa  tersebut
                menolak  kemerdekaan  RI.  Ketiga  kelompok  masyarakat/bangsa  yang
                ―ingin‖ mengakui kemerdekaan, namun terpaksa (atau dipaksa) untuk
                tidak melakukan itu.
                        Kelompok yang pertama terdiri dari bangsa asing yang datang
                ke Sumatera untuk betul-betul menguasai/menjajah kembali. Kelompok
                ini  terdiri  dari  bangsa  Belanda  dan  pasukan  sekutu.  Kelompok  kedua



                                                                                 105
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122