Page 58 - Buku Kajian Pemantauan UU ITE
P. 58

NO       PEMANGKU
                                                 MASUKAN                           KETERANGAN
               .      KEPENTINGAN
                                                                         UU  Pornografi  tidak  lagi  relevan  ketika
                                                                      sudah  ada  Pasal  27  ayat  (1)  UU  ITE  karena
                                                                      semua  perbuatan  dalam  UU  Pornografi  dapat
                                                                      dipidana dengan UU ITE. Dalam konsep hukum
                                                                      pidana  jika  ada  suatu  perbuatan  yang  sama
                                                                      dapat  dipidana  dengan  dua  delik maka  terjadi
                                                                      tumpang  tindih  yang  mana  hal  tersebut
                                                                      melanggar prinsip hukum pidana.
                                                                         Dalam kasus penyebaran video pornografi,
                                                                      UU  ITE  dinilai  terlalu  fokus  terhadap
                                                                      pendekatan              mentransmisikan,
                                                                      mendistribusikan, dan membuat dapat diakses
                                                                      oleh     publik    sehingga    seringkali
                                                                      mengenyampingkan  hak  privasi  dari  korban
                                                                      yang  pada  awalnya  membagikan  video  untuk
                                                                      kebutuhan pribadi. Hal ini bertentangan dengan
                                                                      ketentuan     UU     Pornografi    yang
                                                                      memperbolehkan      pembagian      atau
                                                                      penyimpanan   video   pornografi   apabila
                                                                      bertujuan untuk kebutuhan pribadi.
              3.    Akademisi   Fakultas  Dalam “klausul  kesusilaan”  perlu
                   Informatika          adanya  sistem  panel  untuk
                   Universitas Telkom   menentukan suatu konten masuk
                                        ke  dalam  klausal  kesusilaan  atau
                                        tidak,    terutama     untuk
                                        permasalahan  kesusilaan  yang
                                        non-pornografi karena kesusilaan
                                        ini  masih  dalam  wilayah  “abu-
                                        abu”,  misalnya  ucapan  kasar
                                        dikomunitas tertentu dan hal-hal
                                        tidak  etis  yang  subjektif  yang
                                        masih harus diformulasikan lagi.
              4.    Direktorat                                           Bahwa  permasalahan  sanksi  dalam  UU  ITE
                   Pengendalian  Aplikasi                             baiknya  menggunakan  sanksi  sosial  atau
                   Informatika Kominfo                                sejenisnya dengan pertimbangan lain yang tidak
                                                                      selalu dengan sanksi penjara namun hendaknya
                                                                      dalam UU ITE dimunculkan pidana ringan saja.
                                                                         Kesusilaan itu tidak sama dengan pornografi
                                                                      karena   kedua   undang-undang   tersebut
                                                                      disahkan  pada  kurun  waktu  yang  bersamaan.
                                                                      Dalam  UU  ITE,  norma  kesusilaan  digunakan
                                                                      tidak hanya mencakup pornografi, tetapi untuk
                                                                      norma kesusilaan yang bermakna lebih luas.
                                                                         Dalam Pasal 27 ayat (1) termasuk juga pen-
                                                                      transmisian  tunggal,  karena  banyak  kasus
                                                                      kekerasan  berbasis  gender  online  digunakan
                                                                      untuk  kejahatan  sehingga  pasal  ini  tetap
                                                                      dipertahankan meski banyak Lembaga Swadaya
                                                                      Masyarakat (LSM) yang meminta pasal ini untuk
                                                                      direvisi  karena  frasa  “melanggar  kesusilaan”
                                                                      tidak  dijelaskan  atau  di  definisikan  di  UU  ITE
                                                                      sehingga,   menurut   LSM   menimbulkan
                                                                      multitafsir.


                                                                               Kajian dan Evaluasi Pemantauan Pelaksanaan
                             Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Sebagaimana Telah Diubah Dengan …

                  36                                      Pusat Pemantauan Pelaksanaan Undang-Undang Badan Keahlian, Sekretariat
                                                                                                  Jenderal DPR RI
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63