Page 59 - Buku Kajian Pemantauan UU ITE
P. 59

NO       PEMANGKU
                                                 MASUKAN                           KETERANGAN
               .      KEPENTINGAN
              5.    Badan       Reserse  Frasa  “melanggar  kesusilaan”
                   Kriminal   Kepolisian  dalam  Pasal  27  ayat  (1)  UU  ITE
                   Negara      Republik  perlu  diberikan  penjelasan  lebih
                   Indonesia            rinci  dalam  pengertian  ITE,
                                        sehingga   tidak   menimbulkan
                                        multitafsir.
              6.    Akademisi   Fakultas                              Pada mulanya Pasal 27 ayat (1) UU ITE dibuat
                   Hukum     Universitas                              sebagai  lex  specialis  dari  KUHP,  dimana
                   Airlangga                                          ketentuan UU ITE ini berfokus pada perbuatan
                                                                      mentransmisikan  dan  bukan  pada  tindak
                                                                      kesusilaan  itu  sendiri.  Sehingga  perbuatan
                                                                      kesusilaan dalam dunia digital dapat di-juncto-
                                                                      kan dengan ketentuan kesusilaan dalam KUHP.
                                                                      Dilihat dari sifat virtual UU ITE, maka ada dua
                                                                      bentuk konsep kesusilaan yang bisa digunakan:
                                                                       a.  Konten yang dianggap tidak sesuai dengan
                                                                         norma  kesopanan  yang  ditransmisikan
                                                                         melalui jaringan sistem informasi (computer
                                                                         as an object of violation decency)
                                                                       b.  Informasi  yang  dianggap  tidak  sesuai
                                                                         dengan    norma     kesopanan   yang
                                                                         ditransmisikan  melalui  jaringan  sistem
                                                                         informasi  (virtual)  yang  akibatnya  pada
                                                                         kegiatan   non-virtual   yang   dianggap
                                                                         melanggar norma kesopanan (computer as
                                                                         a tool of violation decency).
                                                                       c.  Pasal  27  ayat  (1)  UU  ITE  merupakan
                                                                         duplikasi  dari  ketentuan  dalam  UU
                                                                         Pornografi dengan maksud perumusan yang
                                                                         sama.   Dalam   dokumen   pembahasan
                                                                         ditemukan maksud pembentukan Pasal 27
                                                                         ayat  (1)  UU  ITE  adalah  sama  dengan  UU
                                                                         Pornografi yakni untuk menjerat pornografi.
                                                                         Hal tersebut telah difasilitasi didalam Pasal
                                                                         4 huruf f UU Pornografi. Duplikasi dan unsur
                                                                         pasal  multitafsir  melanggar  prinsip  dasar
                                                                         dalam  hukum  pidana:  lex  certa  (artinya
                                                                         hukum  pidana  tersebut  harus  tertulis),  lex
                                                                         certa  (artinya  rumusan  delik  pidana  itu
                                                                         harus  jelas),  lex  stricta  (artinya  rumusan
                                                                         pidana itu harus dimaknai tegas tanpa ada
                                                                         analogi).
              7.    Kepolisian   Daerah  Dibutuhkannya  penjelasan  lebih  Terkait  frasa  “melanggar  kesusilaan”  yang
                   Sumatera Utara       spesifik  terkait  frasa  “melanggar  terdapat dalam ketentuan Pasal 27 ayat (1) UU
                                        kesusilaan”  yang  tidak  memiliki  ITE  tidak  memiliki  definisi  atau  penjelasan  di
                                        definisi atau penjelasan di dalam  dalam UU ITE yang spesifik sehingga berpotensi
                                        UU  ITE  agar  tidak  menimbulkan  menimbulkan multitafsir.
                                        multitafsir            dalam
                                        implementasinya.
              8.    Dinas Komunikasi  dan  Seharusnya   ketentuan   yang  Frasa  kesusilaan  telah  sesuai  dengan  KUHP
                   Informatika   Provinsi  terdapat didalam Pasal 27 ayat (1)  namun masih menjadi polemik karena bersifat
                   Jawa Timur           UU    ITE   terkait   kesusilaan  multitafsir.
                                        diberikan  penjelasan  yang  lebih
                                        spesifik dan deskriptif.


            Kajian dan Evaluasi Pemantauan Pelaksanaan
            Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Sebagaimana Telah Diubah Dengan …

            Pusat Pemantauan Pelaksanaan Undang-Undang Badan Keahlian, Sekretariat Jenderal DPR RI    37
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64