Page 209 - BUKU PERDEBATAN PASAL 33 DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945
P. 209
Susanto Polamolo
Elnino M. Husein Mohi
PERDEBATAN PASAL 33
DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945
dari F-UG misalnya, mempertanyakan seberapa jauh pasal-
pasal yang diusulkan oleh Tim Ahli itu dapat menjamin bahwa
Indonesia memang nanti akan menjadi negara kesejahteraan.
Bagaimana agar rumusan yang ada agar dipadatkan lagi, menjadi
lebih visioner, tidak terpaku sekadar pada soal-soal yang sifatnya
insidental, sebagaimana disampaikan oleh anggota dari F-PDIP,
negara Jerman adalah negara demokrasi dan sosial titik, tapi aturannya diluar, rupanya
macam-macam barangkali itu.
Yang kedua, bagaimana suatu hari ekonomi kita itu tidak rentan dengan gejolak ekonomi
internasional. Kasus yang pernah saya alami saya pernah pergi ke Thailand tahun ‘96 waktu
harga dolar itu 18 bath. Setelah saya datang tahun 1998 waktu harga dolar 40 bath, harga
hotelnya itu tetap dalam bath. Di Jerman juga setiap hari naik turun kurs dolar tapi kok harga-
harga tidak berubah begitu, itu kira-kira rahasianya di mana, apakah itu bisa ada ketentuan-
ketentuan di dalam mana UU atau UUD yang memungkinkan hal seperti itu.
Kemudian yang ketiga, di UUD Amerika itu yang ditentukan malah federal, boleh pajak negara
bagian, tapi enggak ngatur ekonomi tapi ngatur siapa yang menentukan pajak dan sebagainya.
Sedangkan kita sedang ribut antara Pemda Tk II, Tk I, dan Tk Pusat. Tetapi kita tidak merasa
perlu ada ketentuan dasar di dalam UUD, apa memang tidak perlu itu? Sedangkan di AS
ada, di jerman ada ketentuan-ketentuan mengenai hak pusat negara bagian dan propinsi itu.
Yang keempat, bagaimana mengatur perekonomian kita sehingga terjadi interdepensi antara daerah
kasus dengan begitu semuanya nanam cengkeh semua nanam cengkeh bagitu. Sedangkan
bapak-bapak tahu eropa itu ndak ada yang menandingi Swiss untuk membuat arloji. Tidak
pakai pakai diatur kok bisa begitu…Ini beberapa hal yang ingin kami sampaikan sebagai
pertanyaan awam karena ingin Indonesia itu jadi negara kesejahteraan. Indonesia itu sampai
orang kecil pun di desa produksi pertaniannya itu mempunyai pasar, bukan pasarnya di pasar
tradisionil saja, tapi lebih dari itu dia tidak mempunyai pasar.
148

