Page 212 - BUKU PERDEBATAN PASAL 33 DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945
P. 212

DEBAT MENGEMUKA
                               PADA PERUBAHAN KETIGA




               Undang-Undang Dasar kita. Mungkin yang ingin mempertahankan apa yang dirumuskan
               oleh the founding father kita, itu berada pada sisi yang disebut oleh Profesor Kisiwear sebagai
               manifesto. Melihat Undang-Undang Dasar sebagai satu geloof bekentenis. Jadi, cukup hal-hal
               yang pokok-pokok saja.
            Sementara yang lain terutama yang sangat diwakili oleh Pak Bambang Sudibyo, itu cenderung
               melihat Undang-Undang Dasar sebagai naskah hukum, satu naskah yang harus terurai
               njelimet begitu. Kedua-dua pihak ini benar sesungguhnya, oleh karena itu saya ingin untuk
               kedua belah pihak diberi waktu untuk makin mengkrucut pikiran-pikirannya sehingga tidak
               secara ektrim, yang satu menganut pikiran yang dikemukan Profesor Kisiwear itu, dan yang
               satu lagi juga menganut pikiran yang njelimet…Selanjutnya saya ingin menyumbangkan pikiran
               saya, menurut hemat saya kita tidak boleh meninggalkan akar budaya yang oleh para the
               founding father kita, sudah dirumuskan dituangkan dengan bijaksana dalam Undang-Undang
               Dasar 1945. Kita tahu bahwa serentak dengan itu, itu terjadi perubahan dan perkembangan
               yang terus menerus di dalam dunia ini ya, dalam pandangan mereka yang menganut bahwa
               dalam dunia ini tidak ada yang tetap, yang tetap itu adalah perubahan. Nah, mungkin ini perlu
               disimak untuk kita menyimpulkan, sebab sementara ini memang ada yang agak verouderd,
               tertinggal zaman itu perlu diberi isi yang lebih tepat lagi.
            Jadi tim ahli ekonomi mungkin harus bertemu lagi. Saya kasih contoh Pak Hasim Jalal misalnya,
               dengan belajar dari pengalamannnya berdiskusi dengan PAH-II ia mengusulkan, walaupun itu
               bagian terkecil dari pada lautan ekonomi yang begitu luas, satu rumusan yang saya anggap
               sangat bijaksana, makin mengkerucut dengan kawan-kawan yang lainnya, dan dengan kita
               di Badan Pekerja MPR.
            Saya sekali lagi saya mengatakan bahwa pikiran-pikiran yang dikemukakan oleh Pak Bambang
               itu agak jelimet, agak minutecious. Tapi saya menilai bahwa itu pengalaman beliau bernegara,
               maka fenomena yang nampak di ujung mata itu seringkali berbeda pikirannya sebagai
               seorang ahli ekonomi atau seorang teoritisi yang karena pengalaman itu beliau coba untuk
               membendung. Membendung kemungkinan-kemungkinan yang tidak diingini, tapi sekaligus
               untuk menjemput masa depan, artinya tidak lagi kaku tapi mencoba. Menurut hemat pikiran
               beliau ini mestinya dituangkan dalam bentuk aturan organik, peraturan yang lebih rendah
               dari Undang Undang. Barangkali diperas sedemikian rupa pikiran, ini sehingga bisa ketemu
               dengan teman-temannya, sehingga kita dapat merumuskan sesuatu yang kita harapkan untuk
               menjawab tantangan ke masa depan.
            Mengenai sistem Kapitalisme dan sistem Sosialisme, kita jangan terpaku bahwa sekarang ini kedua-
               duanya merupakan kutub yang cut que cout, berhadap-hadapan begitu, di perhadapmukakan,
               di pertentangkan. Sekarang baik kapitalisme konsosialisme, sudah saling mengadopsi
               sedemikian rupa karena menjawab tantangan masa depan. Menjawab perubahan dan
               perkembangan yang terus menerus itu. Kita bisa melihat di Uni Sovyet sehingga sekarang ini
               terpecah menjadi sekian itu karena pikiran-pikiran seperti itu. Oleh karena itu, kita tidak perlu
               mengikuti salah satu dan keduanya tapi kita mengambil makna yang penting, yang berguna
               bagi kesejahteraan rakyat Indonesia untuk mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
               rakyat Indonesia. Mungkin kita perlu menyimpulkan secara tepat dalam rumusan sistem
               ekonomi Pancasila, sistem ekonomi Pancasila itu harus di rambu-rambu yang jelas sehingga
               tidak kabur tidak diterjemahkan sesuka hati oleh yang sedang memegang palu atau kendali
               kekuasaan dalam negara. Tetapi sistem ekonomi Pancasila harus kita beri rambu-rambu itu
               harus mengantarkan tangan kekuasaan untuk mengetuk palu, mendarat tepat pada aturan
               dasar, mendarat pada Undang Undang Dasar yang kita sepakati…Itu rambu-rambu pokok
               yang harus melekat dalam sistem ekonomi Pancasila. Kalau saya lihat matirk yang dibikin ini
               memang benar berusaha untuk memberikan arah atau mencoba membantu Badan Pekerja


                                       151
   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217