Page 126 - BUKU LIMA - DINAMIKA DAN PERANAN DPR RI DALAM MEMPERBAIKI KEHIDUPAN BERNEGARA PADA ERA REFORMASI 1998-2018
P. 126

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN




                                                 atas tanggapan Presiden Abdurrahman Wahid terhadap memorandum
                                                 pertama DPR.
                                                       Mengacu pada Pasal 7 ayat (3) Tap MPR No. III/MPR/1978 dimana
                                                 presiden tidak memperhatikan Memorandum I, DPR selanjutnya
                                                 mengeluarkan Memorandum II yang merupakan hasil Rapat Paripurna
                                                 DPR RI ke-53 pada 30 April 2001. Memorandum tersebut tertuang dalam
           ...mahasiswa menuntut                 Keputusan DPR RI No. 47/DPR-RI/IV/2000-2001 tentang Penetapan

            presiden agar mundur                 Memorandum Kedua DPR-RI kepada Presiden Abdurrahman Wahid.
                     dari jabatannya             Presiden diberikan waktu 1 bulan untuk memperbaiki kinerja. Ketetapan

           dilakukan pada tanggal                MPR sendiri memicu muculnya pro dan kontra masyarakat terhadap
                      12 Maret 2001.             kelangsungan pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Demonstrasi
                                                 yang digalang oleh mahasiswa menuntut presiden agar mundur dari
                                                 jabatannya dilakukan pada tanggal 12 Maret 2001. Ribuan massa mahasiswa
                                                 melakukan aksi unjuk rasa dengan posisi mengepung istana dimana saat
                                                 itu Presiden Abdurrahman Wahid tengah memimpin sidang kabinet.
                                                 Unjuk rasa mahasiswa juga dihadiri oleh sejumlah pimpinan MPR kala itu
                                                 termasuk Amien Rais.
                                                         Untuk mensikapi dan menindaklanjuti Memorandum II, DPR
                                                 kembali menggelar Rapat Paripurna DPR-RI ke-62 pada 30 Mei 2001 dengan
                                                 agenda Pendapat Fraksi-Fraksi dan Pengambilan Keputusan terhadap
                                                 proses memorandum II DPR-RI Kepada Presiden Abdurrahman Wahid.
                                                 Presiden Abdurrahman Wahid sendiri tidak mengindahkan Memorandum
                                                 II DPR-RI. Sikap presiden yang tidak mengindahkan Memorandum II
                                                 tersebut membuat DPR-RI meminta MPR-RI untuk mengadakan Sidang
                                                 Istimewa (SI) untuk meminta pertanggungjawaban Presiden Abdurrahman
                                                 Wahid. Keputusan DPR tersebut mengacu pada Pasal 7 ayat (4) TAP MPR
                                                 No. III/MPR/1978 dan tertuang dalam Keputusan DPR-RI No. 51/DPR-RI/
                                                 IV/2000-2001 tentang Penetapan Rapat Paripurna DPR-RI Meminta MPR-
                                                 RI Mengadakan Sidang Istimewa Untuk Meminta Pertanggungjawaban
                                                 Presiden Abdurrahman Wahid.
                                                         Berbagai tekanan yang mucul terhadap Presiden Abdurrahman
                                                 Wahid akibat merebaknya kasus Bulog Gate memaksa presiden untuk
                                                 memberikan keterangan terhadap DPR. Presiden Abdurrahman Wahid
                                                 menjawab memorandum pertama DPR di hadapan Sidang Paripurna DPR
                                                 yang turut dihadiri oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. Melalui
                                                 surat yang dibacakan oleh Menteri Kehakiman dan HAM, Baharuddin
                                                 Lopa, Presiden Abdurrahman Wahid menjawab memorandum DPR dengan
                                                 pernyataan bahwa beliau menerima memorandum sebagai kenyataan
                                                 politik yang tidak dapat dihindari. Namun pada saat bersamaan presiden





                                     dpr.go.id   120
   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131