Page 42 - BUKU LIMA - DINAMIKA DAN PERANAN DPR RI DALAM MEMPERBAIKI KEHIDUPAN BERNEGARA PADA ERA REFORMASI 1998-2018
P. 42

Pemilu 1999 dan Pembentukan
                                                                                           Dewan Perwakilan Rakyat
                                                                                                   Pasca Orde Baru




                                                       Namun, di balik dinamika perubahannya yang begitu tinggi kala
                                                  itu, pemerintahan transisi yang diberikan amanat setelah lengsernya
                                                  Presiden Soeharto nampaknya masih kesulitan untuk dapat untuk
                                                  melakukan reformasi besar-besaran dan secara total dalam lingkup
                                                  pemerintahan dan kekuasaan yang baru. Hal ini bisa dipahami
                                                  mengingat pemerintahan baru tersebut mengalami masa transisi dari
                                                  dua periode yang berbeda, serta pranata bangunan demokrasi yang
                                                  kala itu belum secara utuh terbentuk dan berjalan secara baik, namun
                                                  hal ini kemudian memberikan kesan bahwa demokrasi yang kemudian
                                                  dituju lebih bersifat prosedural kelembagaan yang lebih banyak
                                                  menekankan kepada proses daripada yang beracu pada perubahan
                                                  tata nilai dan norma yang secara instan dan menyeluruh berlaku di
                                                  tengah-tengah masyarakat.
                                                       Sejarah mencatat bahwa pasca jatuhnya Presiden Soeharto,
                                                  tampuk kepemimpinan nasional dipegang oleh B.J Habibie, Wakil
                                                  Presiden Soeharto. Banyak hal yang kemudian terjadi, utamanya
           ...sebagai seorang yang                terhadap kebijakannya terhadap bagaimana mempertanggungjawabkan
              reformis untuk dapat                pemerintahan baru yang Ia pegang setelah pendahulunya itu. Di sisi

                merepresentasikan                 lain, ada rasa sungkan bagi Habibie untuk dapat melakukan perubahan
                                                  secara total dalam periode pemerintahannya tersebut, mengingat
                pemerintahan baru                 baginya, Soeharto adalah seseorang yang ia hormati, dan kagumi.  Di
                                                                                                             48
           yang lebih  demokratis                 sisi lain, kedekatan Habibie yang telah lama berguru pada Soeharto
            daripada sebelumnya.                  itu pula yang menyebabkan ia diangkat menjadi wakil Presiden oleh
                                                  Soeharto. Beberapa faktor ini lah yang kemudian membuat Presiden
                                                  Habibie sulit untuk dapat merombak struktur pemerintahan yang
                                                  ada secara total. Namun begitu, Ia tetap mencitrakan dirinya sebagai
                                                  seorang yang reformis untuk dapat merepresentasikan pemerintahan
                                                  baru yang lebih  demokratis daripada sebelumnya.
                                                       Segera setelah naik menjadi Presiden ke – 3 RI, Presiden
                                                  Habibie kala itu mulai melakukan serangkaian kebijakan populis untuk
                                                  mendongkrak popularitasnya yang dianggap oleh sebagian kalangan
                                                  yang menilai dirinya hanyalah sebagai bayang-bayang dari Presiden
                                                  yang sebelumnya serta mempunyai legitimasi yang lemah dalam
                                                  menjalankan pemerintahan yang ada.  Untuk maksud itulah kemudian
                                                                                   49
                                                  dirinya dan perwakilan DPR MPR kala itu bersepakat untuk mengadakan
                                                  sidang istimewa MPR pada akhir tahun 1998. Dimana agenda dari


                                                  48   BJ. Habibie. Op.Cit., Hal. 46
                                                  49   Terkait mengenai pengertian legitimasi, Lihat David Beetham, The Legitimation of Power,
                                                     Atlantic Highlands : Humanities Press International, 1991.




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   35
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47