Page 74 - MAJALAH 143
P. 74
PARLeMeN DUNIA
Melihat Lebih Dekat Parlemen dan
Sistem E-Voting di Estonia
Irhamna dan Sasmithaningtyas P. L. **
Berakhirnya rezim Uni Soviet membentuk banyak perubahan pada negara-
negara yang dulu menjadi bagian dari rezim tersebut. Estonia sebagai sebuah
negara yang merdeka pasca runtuhnya rezim Uni Soviet memulai gerakan menuju
kemerdekaanya pada awal 1988, yang kemudian dikenal sebagai The Liberation
Movement (Tallo,1995). Perjuangan menjadi sebuah negara yang merdeka berakhir
pada 24 Agustus 1991, dengan berdirinya Republik Estonia.
ebagai sebuah negara yangbaru berdiri tentu saja Sekilas tentang Parlemen
banyak permasalahan yang harus diselesaikan, Estonia dan Demokrasi
salah satunya adalah masalah state-building. Vello Petai memperkenalkan term transisi yang
STallo menjelaskan bahwa terdapat dua term baru di Estonia, dia menyebut proses transisi yang
yang bisa menggambarkan proses ini, restoration dan terjadi di Estonia dengan istilah tutelary transition
rebuilding. Dua term ini muncul karena alasan historis. (Petai, 2005). Dalam tutelary transition fokus
Platform politik yang dipakai oleh Estonia sekarang utamanya adalah peran dan kepemimpinan elit. Secara
adalah warisan dari Tartu Peace Treaty of 1920, dimana sederhana, tutelary transition dapat didefinisikan
pada saat itu Uni Soviet secara legal mengakui bahwa sebagai ‘transisi yang dilindungi’. Elit adalah subjek
Estonia adalah sebuah Republik yang berdaulat. Dengan yang melindungi proses transisi demokrasi. Jika kita
kata lain, penggabungan Estonia kedalam USSR adalah menggunakan model Huntington maka konsep ini
sebuah tindakan yang ilegal (Tallo,1995). memiliki kesamaan dengan model transformation
Dalam perkembangannya Estonia telah mengalami dimana elit memiliki keinginan untuk merubah
kemajuan demokrasi baik dalam sistem pemerintahan diri menjadi lebih demokratis. Karena elit memiliki
maupun praktek berdemokrasinya, salah satunya goodwill, sehingga mereka akan melindungi proses
adalah penggunaan e-vote dalam proses pemilu. transisi demokrasi yang terjadi.
Estonia menjadi negara pertama di dunia yang Estonia menganut sistem parlemen unicameral
menggunakan metode e-vote untuk Pemilihan Umum dan biasa disebut dengan Riigikogu, dimana riigi
2003. Ini adalah pencapaian tersendiri bagi Estonia adalah negara dan kogu adalah majelis. Parlemen
karena mereka adalah negara yang baru sepuluh Estonia periode kali ini dikuasai oleh Estonian Reform
tahun mengenal demokrasi tetapi telah menjadikan Party (Reformierakond). Partai ini berideologi liberal
demokrasi sebagai sebuah kebutuhan dasar yang dan didominasi oleh pemuda, kalangan berpendidikan,
dinamis mengikuti perubahan zaman. Melalui tulisan serta pekerja professional. Pada pemilihan umum
ini peneliti hendak mengulas secara singkat bagaimana tahun 2015, partai ini berhasil meraih suara dukungan
gambaran parlemen di Estonia dan pelaksanaan dari berbagai kalangan, bahkan dari perempuan,
pemilu di sana dengan sistem e-vote. sebesar 27,7% dan meraih 30 dari 110 kursi di parlemen.
74 l PARLEMENTARIA l EDISI 143 TH. XLVI - 2016