Page 27 - MAJALAH 126
P. 27

Oleh: Karyono Wibowo


            raturan tersebut banyak dilanggar.  survei popularitas dan elektabilitas   konsultan pendampingan pilkada
            Peraturan pembatasan biaya kam­   kandidat sebagai salah satu pertim­  sejak aktif di Lingkaran Survei In­
            panye seringkali tak mampu men­   bangan untuk menentukan pasa­     donesia hingga kini aktif di lembaga
            jerat peserta pemilu kepala daerah.   ngan kandidat.                riset dan konsultan Indo Survey &
            Nyaris selalu ada celah untuk me­                                   Stra tegy, kisaran biaya yang dike­
            nyiasati peraturan yang ada. Di luar  Memasuki tahapan pilkada, biaya  luarkan per satu pasangan calon
            faktor itu, instrumen program ke­  yang dikeluarkan kandidat rela­  yang menjadi kontestan pilkada un­
            giatan yang harus dilakukan kandi­  tif lebih besar karena variabel bi­  tuk tingkat kabupaten/kota harus
            dat dalam sistem pilkada langsung   aya pada saat memasuki tahapan   mengeluarkan dana antara Rp5 –
            memang lebih banyak jika diban­   pilkada lebih banyak dan program  Rp20 milyar, bahkan ada yang le bih
            dingkan dengan pilkada melalui pe­  kampanye pada tahap ini lebih mas­  dari Rp20 milyar, tergantung ke­
            milihan DPRD. Instrumen program   sif dibanding tahapan pra pilkada.  mampuan finansial dan daerahnya.
            untuk penggalangan pemenangan     Belum lagi, setiap kandidat harus   Untuk pilkada provinsi, tentu lebih
            lebih variatif. Karenanya, hal ini     menguras koceknya untuk  “ma­  besar lagi karena jangkauan wilayah
            berbanding lurus dengan besarnya  har” partai yang kerap dibungkus   dan jumlah pemilih yang lebih besar
            jumlah dana yang digunakan.       de ngan istilah biaya untuk mengge­  dibanding kabupaten/kota.
                                              rakkan mesin partai –untuk tujuan
            Secara umum, anggaran biaya yang  menggalang dukungan suara.        Maka untuk meminimalisir kecu­
            ditanggung kandidat meliputi tiga                                   rangan dan mencegah pemborosan
            tahap; pra pilkada, saat pilkada dan   Pengeluaran biaya yang menguras  biaya kampanye kandidat diperlu­
            pascapilkada. Tahap pra pilkada,   “brankas” para kandidat tak ber­  kan ketegasan dalam menerapkan
            setiap kandidat pada umumnya su­  henti di situ. Biasanya, masih ada   aturan. Semua pihak, baik kontes­
            dah melakukan berbagai program    lagi biaya yang masih harus ditang­  tan maupun penyelenggara harus
            kegiatan –yang tentu membawa      gung yaitu biaya pascapilkada. Bi­  tunduk pada aturan. Karenanya,
            konsekuensi biaya. Program terse­  aya pascapilkada ini biasanya di­  selain perlunya ma sing­masing
            but dilakukan untuk membentuk     gunakan apabila terjadi sengketa   kontestan saling bermain sportif
            personal branding, meningkatkan   pilkada yang berujung di pengadi­  (fairplay), netralitas penyelenggara
            popularitas, akseptabilitas, dan  lan. Namun tidak semua kandidat   pilkada akan menjadi kunci suk­
            elektabilitas. Misalnya, program so­  yang menjadi kontestan mengelu­  sesnya pelaksanaan pilkada seren­
            sialisasi dengan aneka ragam ben­  arkan biaya karena tergantung pa­  tak yang demokratis dan berkuali­
            tuknya, dari model sosialisasi tatap  sangan mana yang mengajukan gu­  tas.
            muka, kegiatan sosial (social event),   gatan (sebagai pemohon). Biasanya
            sosialisasi door to door campaign,   pasangan calon kepala daerah yang  Tantangan Pilkada Serentak
            sosialisasi melalui berbagai media   ditetapkan Komisi Pemilihan Umum
            hingga alat peraga beserta biaya   Daerah (KPUD) menjadi pemenang   Penyelenggaraan pilkada serentak
            operasionalnya. Dalam sistem pe­  (sebagai pihak terkait) sejak awal   belum tentu minus tantangan. Be­
            milihan langsung, berbagai kegiatan   sudah mengalokasikan anggaran  berapa tantangan yang dihadapi
            pra pilkada di atas memang perlu   pasca pilkada untuk mengantisi­  antara lain potensi konflik yang ma­
            dilakukan  untuk  meningkatkan    pasi jika ada gugatan dari pasangan   sih sangat buka lebar. Pengalaman
            popularitas dan elektabilitas seba­  calon yang kalah. Biaya tersebut   empirik sepanjang pilkada langsung
            gai modal awal untuk mendapatkan  belum termasuk biaya survei dan   tak jarang berujung konflik. Ber­
            rekomendasi partai. Karena ada se­  konsultan pemenangan. Berdasar­  dasarkan data yang dilansir Lem­
            jumlah partai menggunakan hasil   kan pengalaman penulis sebagai  baga Ilmu Pengetahuan Indonesia



                                                                             PARLEMENTARIA  EDISI 126 TH. XLV, 2015  27
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32