Page 16 - MAJALAH 84
P. 16

LAPORAN  UTAMA











































            Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi (kanan) berjabat tangan dengan Ketua Komisi II DPR Chairuman Harahap
            baik DAU, maupun DAK itu de-ngan   pelayanan  public  atau  meningkat-  dipecah.  Hitungannya  bukan  popu-
            landasan PP No. 129 tahun 2000, di-  kan  kesejahteraan  masyarakat.  Kalau   lasi penduduk Tetapi wilayah-wilayah
            ganti  PP  No.  78  tahun  2007.  Ketika   diteliti Indeks Pembangunan Manusia   strategis,”tambahnya.
            reformasi  dibuka  seperti  itu  muncul   (IPM)  ukurannya  daya  beli,  pendidi-  PDIP  mengusulkan  daerah  per-
            daerah  otonom  baru,  dan  kita  harus   kan, kesehatan, tata ruang,”paparnya.  batasan  menjadi  perhatian  kedepan
            mempertanyakan  motivasi  daerah      Dia  menambahkan,    pembentu-  seperti  daerah  pesisir  yang    harus
            otonom  baru  apakah  secara  filosofis   kan  daerah  otonom  baru  sebaiknya   dikelola dengan baik seperti SDM dan
            mendekatkan   dengan   pelayanan   dikonsentrasikan kepada wilayah yang   SDA nya
            masyarakat atau tidak.            tidak terjangkau wilayah ibukota atau   Dirinya melihat DOB banyak yang
                “Pertanyaan  apakah  ada  DOB   provinsi.  Hal  tersebut  banyak  terjadi   tidak  sehat  bahkan  kalau  mau  jujur
            kesejahteraan masyarakat meningkat?   di wilayah perbatasan dan rawan akan   perlu ada pendalaman kajian dengan
            Apakah daerah induk ketika pemeka-  ancaman konflik dari luar.       memberikan  uji  coba  setahu  untuk
            ran  terjadi  deficit  atau  pengurangan   “Di  daerah  perbatasan  daya   Calon daerah Otonom Baru, jika tidak
            PAD  itu  banyak  terjadi  di  berbagai   rentangnya jauh pengawasan kurang   lolos tidak jadi pemekaran.
            daerah di Indonesia seperti  tasikma-  dan  sentuhannya  dari  pusat.  Pa-  Otonomi daerah, lanjutnya kalau
            laya    ada  daerah  otonom  baru  wa-  dahal  memiliki  tiga  potensi  pent-  mau  jujur  harus  diserahkan  kepada
            likotanya kelimpungan karena deficit   ing  biasanya  menjadi  sumber  konf-  kabupaten. Otonomi daerah diperlu-
            anggarannya.                      lik  yaitu  factor  geopolitik,  strategis,   kan  sepanjang  melalui  koridor  NKRI
                Sejujurnya  banyak  daerah  induk   ekonomik,”ujarnya.           dan  dilaksanakan  secara  benar  dan
            yang  tidak  puas  karena  berkurang-  Wilayah  yang  terpencil  harus   memperhatikan  potensi  ekonomi,
            nya PAD dan dana dari pusat.  Hal Itu   diberdayakan agar kekuatan pemba-  pendidikan,  kesehatan.  “Kalau  IPM
            merupakan  problematic  yang  terjadi   ngunan tidak terpusat di pulau Jawa   tidak  bagus  atau  rendah  kenapa
            di Indonesia. Artinya apakah UU yang   dan harus merata dengan diimbangi   tidak  digabung,  apabila  ada  daerah
            mengatur pemerintahan daerah tidak   perimbangan  kekuatan  pembangu-  pemekaran  menjadi        miskin        itu
            serta merta daerah yang tidak mampu   nan.  Sebaiknya  dibuka  daerah  baru   harus      dipertanyakan  dan  menjadi
            mengalami penggabungan. “Filosofi-  sebagai  jendelanya  Indonesia  bukan   perhatian  bersama  antara  DPR  dan
            nya  mereka  harus  dapat  melakukan   daerah yang mudah dijangkau tetapi   Pemerintah,”jelasnya. (si/as/iw)





                                                                                                                                                                                                                                         17
            16                                                                                                                                                                                          | PARLEMENTARIA  |  Edisi 84 TH. XLII, 2011 | 17
                                                                                                                                                                                                                  ARIA |
            16 | PARLEMENTARIA |  Edisi 84 TH. XLII, 2011 || PARLEMENTARIA |  Edisi 84 TH. XLII, 2011 |
                                                                                                                                                                                                                             TH. XLII, 201 |
                                                                                                                                                                                                        |
                                                                                                                                                                                                                       Edisi 84
                                                                                                                                                                                                                                       1
                                                                                                                                                                                                         ARLEMENT
                                                                                                                                                                                                        P
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21