Page 169 - Membangun Kadaster Lengkap Indonesia
P. 169

6.1.6. Surveyor Berlisensi
            a)  Regulasi: Memungkinkan terlibat dalam seluruh kegiatan survei
                dan pemetaan kadaster, baik dalam pendaftaran tanah sistematis
                maupun sporadis. Licensed surveyor mulai diperkenalkan dalam
                regulasi Pasal 20 ayat (4) PP No. 24/1997.
            b)  Praktik: Selain jumlahnya masih jauh  dari  yang  diharapkan,
                yaitu sebanyak  40.000  surveyor,  SKB  yang sudah  dilantikpun
                masih banyak  yang belum  aktif  terlibat kegiatan  pendaftaran
                tanah  sporadis, meskipun kantor  pertanahan kekurangan
                surveyor.  Terobosan  masih diperlukan agar  surveyor  berlisensi
                dapat sepenuhnya bekerja dalam membangun kadaster lengkap
                Indonesia.

            6.1.7.  Survei Kadaster
            a)  Regulasi:  Menggunakan     metode    pengukuran    terestris,
                fotogrametris,  satelit,  atau  campuran  dengan  ketentuan  teknis
                yang harus mencantumkan tingkat ketelitian (Petunjuk Teknis
                PMNA/ KBPN Nomor 3  Tahun 1997  Materi  Pengukuran  dan
                Pemetaan, 1997).
            b)  Praktik: Dalam penelitian ini, gambar ukur (daftar isian 107) yang
                mencantumkan tingkat ketelitian hasil pengukuran sebagaimana
                yang  dipersyaratkan  tidak ditemukan,  terutama dalam  survei
                terestris, juga  tidak  dilakukan  pengukuran lebih  sebagaimana
                ketentuan (lihat kembali bagian V.2.2).

            6.1.8. Peta Kadaster
            a)  Regulasi: Peta  pendaftaran  yang merupakan  peta kadaster
                dibuat dari peta dasar pendaftaran yang wajib tersedia sebelum
                dilakukannya  kegiatan pendaftaran  tanah.  Apabila  belum
                disiapkan oleh  ATR/BPN,  peta  tersebut  bisa didapat dari
                instansi lain yang memenuhi persyaratan teknis. Dalam keadaan
                terpaksa,  pembuatan  peta dasar  pendaftaran wajib dilakukan
                bersamaan dengan pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang
                bersangkutan dan bidang-bidang sekelilingnya yang berbatasan
                sehingga letak relatif bidang tanah itu dapat ditentukan (Pasal 12
                s.d. 18 PMNA No. 3/1997). Dengan begitu, kutipan bidang tanah
                semuanya disebut dengan Surat Ukur.





            142   Membangun Kadaster Lengkap Indonesia
                  Dwi Budi Martono
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174