Page 172 - Membangun Kadaster Lengkap Indonesia
P. 172

yang diukur dan didaftarkan dalam Peta Kadaster (dalam peraturan
            disebut Peta Pendaftaran). Batas tetap (fixed boundary) diwajibkan
            melalui penetapan  batas yang dituangkan dalam suatu daftar  isian
            yuridis. Identifikasi  bidang  tanah  (parcel  identifier) yang  telah
            ditetapkan  berupa  Nomor  Identifikasi  Bidang (NIB).  Pendaftaran
            tanah  diselenggarakan  oleh  ATR/BPN  yang  merupakan  instansi
            vertikal dan mempunyai Kantor Wilayah BPN di setiap Provinsi serta
            Kantor Pertanahan di setiap Kabupaten/Kota.

                Meskipun regulasi  mengamanatkan pendaftaran  tanah  secara
            sistematis sebagai suatu  kewajiban  (compulsary), implementasi
            kewajiban ini belum berjalan dengan optimal  karena  tidak adanya
            sanksi  yang mengikat bagi  pemegang  hak  yang melanggar.
            Pelanggaran  ini  umum  terjadi di  lokasi  yang ditetapkan  sebagai
            lokasi PTSL. Ketidakhadiran pemegang hak menyulitkan pemenuhan
            elemen legal penetapan batas, yaitu penunjukan batas, persetujuan
            batas, dan demarkasi batas. Surveyor yang sudah mendapatkan surat
            tugas  tidak  mudah dalam  menjalankan pengukuran dan pemetaan
            seluruh  bidang  tanah secara sistematis  dan  lengkap sesuai  kaidah
            fixed  boundary dalam  regulasi  penetapan  batas.  Mengingat di
            samping  untuk memberikan kepastian hukum,  pendaftaran  tanah
            juga bertujuan  untuk menciptakan  pusat informasi  yang lengkap
            mengenai bidang-bidang tanah. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka
            prinsip mandatory dengan penerapan general boundary sebagaimana
            telah  dilakukan  di  Inggris dan  Malaysia,  menjadi  relevan  untuk
            diterapkan dalam upaya membangun kadaster lengkap.
                Selain pendaftaran hak atas tanah (recht cadastre), di Indonesia
            juga  terdapat  sistem kadaster lain yang beroperasi  secara  terpisah,
            tidak terintegrasi, dan terfragmentasi. Contoh dari sistem kadaster ini
            mencakup kadaster untuk pengelolaan pajak (fiscal cadastre), kawasan
            hutan  (forest  cadastre), pertambangan  (mining  cadastre),  kelautan
            (marine cadastre) yang diselenggarakan oleh  kementerian/lembaga
            yang berbeda (Sahide and Giessen 2015). Karena belum lengkapnya
            kadaster serta dengan kualitas konten kadaster yang  belum akurat
            (accurate), terjamin (assured), dan resmi (authoritative) atau AAA,
            menyebabkan Peta Kadaster belum dapat digunakan sebagai lapisan
            utama (basic layer) sistem administrasi pertanahan secara terintegrasi.
            Peta Kadaster belum bisa berperan sebagai bagian dari Infrastruktur
            Data Spasial. Sehingga dapat dipahami, saat ini setiap fungsi kadaster


                                                                  BAB 7  145
                                                         Menindaklanjuti PTSL
   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177