Page 100 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 100
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 75
Roma dalam konferensi tingkat tinggi ketahanan pangan dunia
untuk menangani krisis pangan dan mencari kesepakatan bagi
jalan keluar. Konferensi itu mendeklarasikan dua jalur respon
terhadap krisis yaitu; a) mendorong dengan kuat produksi pangan
dengan melalukan investasi besar-besaran pada sektor pertanian
dan pembangunan pedesaan; b) memastikan akses pangan yang
sesegera mungkin bagi masyarakat miskin dan masyarakat rentan,
baik di desa maupun di kota, dengan menyediakan jaring pengaman
sosial dan perlindungan yang terukur.
Investasi di bidang pertanian dan pemudahan investasinya
menjadi tugas yang sulit dan rentan ketika tekanan komersial pada
tanah terus meningkat. Di satu sisi, investasi lahan pertanian dapat
menjadi jawaban untuk mempercepat produksi pangan dunia yang
telah terganggu. Sedangkan di sisi lain, pendekatan sektor swasta
berskala besar telah menciptakan konlik dengan kebutuhan suplai
pangan dalam negeri di negara-negara miskin ataupun negara-
negara rentan pangan. Apabila ada suatu argumen yang substansial
baik resiko maupun kesempatan bagi akusisi tanah oleh swasta
asing, justru beberapa pertanyaan penting tampak diabaikan dalam
perdebatan mengenai perampasan tanah. Pertanyaan tersebut adalah
di mana tugas yang sangat penting dalam meningkatkan ketahanan
pangan sebagai bagian dari percepatan investasi komersial di lahan
pertanian?
Daniel dan Mittal mengingatkan untuk meletakkan kembali
persoalan ketahanan pangan sebagai prioritas utama. Gerak
perampasan tanah telah menunjukkan ada banyak faktor yang
diperdebatkan di seputar investasi pertanian, yang kesemuanya
berimplikasi penting bagi ketahanan pangan dunia. Pertama,
mengenai peran negara dan pasar. Ketika merespon krisis pangan
global, pendekatan yang digunakan cenderung mengutamakan peran
sektor swasta dalam pembangunan, dan menurunkan fungsi regulasi
pemerintah. Solusi yang ditawarkan untuk memperkuat ketahanan
pangan adalah melalui peningkatan “produktivitas” pertanian berskala
besar dan intensif. Namun, dalam banyak kasus, kontribusi pendekatan
seperti ini untuk ketahanan pangan dunia tidak signiikan. Regulasi