Page 98 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 98
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 73
terjadi di negara berkembang. Ada tiga isu utama yang dianalisis.
Pertama, ketersediaan bukti adanya perampasan tanah dan
pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan perang pengendalian
terhadap tanah dalam internasionalisasi produksi pertanian negara
berkembang. Isu pertama ini difokuskan pada perusahaan pertanian
multinasional, dan analisis terhadap strategi penanaman modal
asing yang membutuhkan pertimbangan-pertimbangan rantai
produksi (value chain). Kedua, resiko kesepakatan-kesepakatan
tanah berskala besar dalam konteks hak tanah yang tidak terlindungi.
Ketiga, kemungkinan peran tanggung jawab sosial (corporate social
responsibility), dan suatu model kode etik (code of conduct) yang
dipromosikan oleh organisasi internasional dalam memitigasi
resiko-resiko tersebut.
Dalam sejarah keterlibatan perusahaan multinasional pada
sektor pertanian, terdapat suatu pola perubahan partisipasi,
khususnya pergeseran dari internalisasi tanah menjadi koordinasi
rantai nilai. Akuisisi tanah oleh perusahaan asing di negara-
negara berkembang ditandai dengan kesepakatan besar terkait
jumlah tanah yang sangat luas, dimana para investor sesungguhnya
berorientasi pada produksi pangan dan energi untuk negerinya
sendiri. Gelombang ini memicu respon dan kritik dari berbagai
pihak. Pertama, kesepakatan tersebut menyangkut aset yang sangat
krusial, yaitu tanah dalam skala yang sangat luas. Kedua, sejumlah
komunitas yang sesungguhnya memiliki lahan terlalu lemah ketika
berhadapan dengan kesepakatan tanah berskala besar. Ketiga,
pemerintah memiliki perencanaan yang lemah dan kemampuan
yang payah dalam menghadapi perusahaan multinasional. Keempat,
kesepakatan-kesepakatan yang dibuat tersebut sering tidak sesuai
dengan hukum internasional.
Bagaimanapun, kesepakatan ataupun tanggung jawab sosial
perusahaan tidak bisa menggantikan hukum, regulasi publik, ataupun
kepentingan publik. Regulasi yang dibuat sendiri oleh perusahaan
tentu akan bias kepentingan, khususnya kepentingan investor itu
sendiri. Meskipun demikian, Cufaro dan Hallam mengakui bahwa
setiap investasi menghasilkan resiko dan kesempatan. Namun