Page 111 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 111
86 Dwi Wulan Pujiriyani, dkk
Land grabbing telah terjadi dengan semakin intensif di banyak
negara selama 10-15 tahun dengan mengadopsi kebijakan perundangan,
perjanjian investasi dan perdagangan, serta reformasi pemerintahan
yang berorientasi pasar. Krisis pangan dan keuangan telah menghadirkan
dorongan gelombang land grabbing yang dilakukan pemerintah dan
investor keuangan, yang mencoba mengamankan kapasitas produksi
pertanian dan pasokan pangan masa depan seperti aset yang dapat
mendatangkan keuntungan besar. Pemerintah yang kaya menyewa
tanah-tanah pertanian dalam periode yang lama untuk menyediakan
pangan bagi warga serta industri di negaranya. Pada saat yang sama,
korporasi mencari konsesi ekonomi jangka panjang untuk pertanian
perkebunan yang menghasilkan bahan bakar nabati, karet, minyak
dan sebagainya. Tren ini juga dapat dilihat di daerah pantai, dimana
tanah dan sumber daya laut serta air telah dijual, disewakan, dan
dibangun untuk pariwisata dan investor serta elit-elit lokal. Akibatnya
tanah-tanah pertanian dan hutan-hutan telah diubah dari produsen
skala kecil, nelayan maupun penggembala untuk tujuan komersil dan
akhirnya memicu pengusiran, kelaparan dan kemiskinan.
Perampasan tanah pertanian sekarang ini memasuki fase baru
yang menghilangkan kemampuan swasembada, kedaulatan pangan
dan kemampuan bertahan seperti sebelumnya. World Bank dan
banyak pemerintah melihat tanah dan hak atas tanah sebagai sebuah
aset yang krusial bagi korporasi untuk memperoleh keuntungan yang
tinggi. Tanah tidak hanya menjadi basis produksi pangan dan bahan
mentah untuk energi ekonomi yang baru tetapi juga satu cara untuk
memperoleh air. Tanah diberi nilai baru dalam terminologi ekonomi
baru yang dibuat oleh World Bank, pemerintah, dan korporasi.
Dalam prosesnya keragaman nilai ekologi, sosial, dan budaya yang
melekat pada tanah diingkari. Karena itu menjadi penting kalau
sumberdaya ini dipertahankan dari predasi korporasi dan negara,
dan membuatnya tetap tersedia bagi mereka yang membutuhkan,
untuk sumber pangan mereka atau kebutuhan yang lain, dan untuk
bertahan hidup sebagai komunitas dan masyarakat.
Tulisan ini berisi kampanye yang disponsori oleh 7 jaringan
internasional yang terdiri dari (FIAN Internasional) Friends of the