Page 113 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 113
88 Dwi Wulan Pujiriyani, dkk
industrial yang membutuhkan lahan. Kondisi serupa inilah yang
mendorong kampanye untuk segera menghentikan land grabbing
secepatnya dengan beberapa komitmen yang diusung secara
bersama-sama oleh para petani, organisasi masyarakat asli, gerakan
sosial dan kelompok masyarakat sipil untuk: 1) menjaga agar tanah
tetap berada di tangan komunitas lokal dan mengimplementasikan
reforma agraria yang genuine untuk memastikan akses yang setara
terhadap lahan dan sumberdaya alam; 2) mendukung petani
agroekologis, pertanian berskala kecil, nelayan, penggembala,
mencakup riset partisipatoris dan program pelatihan sehingga
pemasok pangan berskala kecil dapat menghasilkan pangan yang
cukup, sehat dan aman untuk setiap orang; 3) memperbaiki kebijakan
pertanian dan perdagangan untuk mencapai ketahanan pangan dan
mendukung pasar lokal dan regional, sehingga setiap orang dapat
berpartisipasi dan memperoleh manfaat; serta 4) mempromosikan
sistem pertanian dan pangan berorientasi pada komunitas dimana
masyarakat lokal yang mengontrol lahan, air dan keragaman.
Memperkuat regulasi untuk menekan akses korporasi dan aktor
berkuasa lain (negara dan swasta) pada tanah-tanah pertanian,
pantai, padang rumput, dan hutan.
(DWP)
Keterangan: Artikel dapat diunduh di www.farmlandgrab.org
I.30. Lakshmi Balachandran, 2012, Elizabeth Herb, Shahbano
Timirzi, Erin O’Reilly, 2012, “Everyone must eat? Liberia, Food
Security and Palm Oil” artikel pada International Conference
on Global Land Grabbing II, Cornell University, Ithaca, USA,
17-19 October 2012.
Kata pengantar: Liberia, kelapa sawit, ketahanan pangan, konsesi
Meningkatnya investasi kelapa sawit yang dilakukan negara-
negara Asia di Afrika Barat berimplikasi terhadap kesinambungan
ketahanan pangan. Pengembangan kelapa sawit memiliki dampak
yang khusus bagi Liberia pasca konlik, manakala pemerintah sangat