Page 125 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 125
100 Dwi Wulan Pujiriyani, dkk
diproduksi. Sebagai konsekuensi lanjutan, institusi non-pemerintah
memiliki kendali terhadap tanah dan tidak merepresentasikan
atau mereleksikan suatu kedaulatan yang ada sebelumnya. Dalam
tulisannya, Lund menyebutnya sebagai ‘producesit’.
(VRP)
Keterangan: Artikel dapat diunduh di http://www.tandfonline.com
I.36.M Borras, Saturnino & Franco, Jennifer. 2012. Politics of
Contemporary Global Land Grabbing. Presentation Material
on ICCO, 23-25 July 2012, Bali-Indonesia.
Kata Kunci: tanah kosong, foreignisasi, inkorporasi, reforma agraria,
restitusi
Tanah merupakan faktor produksi ekonomi yang sangat penting
untuk menghasilkan pangan, dan kebutuhan dasar lain.Tanah juga
mengandung sumber-sumber lain seperti mineral, dan air. Tanah juga
merupakan kunci memperoleh tenaga kerja murah (melalui skema
contract farming). Tidak seperti sumber daya alam yang lain, tanah
berfungsi secara multidimensional bagi masyarakat. Tanah merupakan
teritori berbagai komunitas. Borras menyebutkan bahwa dalam konteks
global, telah terjadi perubahan nilai tanah yang dipicu oleh: 1) perhatian
pada ketahanan pangan (2007-2008); 2) krisis energi; 3)strategi
mengatasi perubahan iklim; dan 4) permintaan industri dari para
pemodal baru; dan 5) terjadinya gelombang investasi pada tanah yang
terjadi di seluruh dunia selama dekade terakhir. Dari kelima persoalan
inilah kemudian muncul asumsi sederhana bahwa ada solusi untuk
semua krisis multidimensi ini. Solusinya terletak pada keberadaan
tanah-tanah kosong (empty), un-used marjinal (terlantar) yang bisa
dikonversi untuk produksi (industri) untuk mengatasi krisis. Dalam
konteks ini, World Bank memperkirakan bahwa ada tanah kosong
seluas minimum 445 juta hektar, dan maksimum 1,7 tilyun hektar.
Pertanyaan yang kemudian dimunculkan oleh penulis adalah
apakah tanah-tanah yang disebut kosong itu benar-benar kosong, tidak
dimanfaatkan (un-used) dan marjinal? Pada kenyataannya, jawabannya