Page 126 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 126

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  101


              adalah tidak. Kebanyakan tanah sudah dimanfaatkan oleh masyarakat.
              Pendefenisian tanah kosong, bagi penulis merupakan upaya mereduksi
              tanah  hanya  sebagai faktor  produksi dengan  asumsi dominan  yang
              sangat berorientasi pada krisis pangan; sangat perorientasi pada tanah;
              sangat  berorientasi pada  narasi pengasingan  ruang (foreignization
              of land), dan  kembali berpusat  pada  negara-negara  berkuasa  seperti
              China, India, negara-negara Teluk; sangat berorientasi ke Afrika.
                  Menurut  penulis  ada  yang harus  dicermati dalam  pendefenisian
              land grabbing. Selama ini deinisi  land grabbing dibangun dari asumsi
              dominan  yang berfokus  pada  skala  (luasan) akuisisi tanah, yang
              seringkali mencakup  kekuatan  asing (terutama  pemerintah), atas
              nama ketahanan pangan dari negara tuan rumah. Hal ini menyebabkan
              pendeinisian menjadi terlalu datar dan melupakan pentingnya proses-
              proses aktual yang sedang terjadi. Deinisi juga menjadi terlalu luas dan
              melupakan karakteristik khusus dari land grabbing kontemporer. Untuk
              menghindari persoalan inilah, penulis menawarkan 3 ide pokok untuk
              mendeinisikan  land grabbing. Pertama, land grabbing pada dasarnya
              adalah  control  grabbing, shift in meaning, and  or use extraction/
              alienation  (CG—SMU-E/A). Control grabbing  adalah  penggunaan
              kekuasan untuk mengontrol tanah dan sumberdaya lain yang berkaitan
              seperti air, untuk memperoleh keuntungan dari beberapa sumberdaya.
              Control grabbing  pada  dasarnya  bersifat  inheren  dan  politis  serta
              melibatkan  relasi kekuasaan  politis  yang termanifestasi dalam  3  cara
              utama yaitu ‘land grab’ (perampasan tanah berskala luas), virtual ‘water
              grab’  (perampasan  sumberdaya  air), dan  ‘green grab’  (perampasan
              sumberdaya dengan mengatasnamakan lingkungan) di mana ketiganya
              membutuhkan   perampasan  ruang, tanah. Shift in meaning  berkaitan
              dengan perubahan makna atau pemanfaatan tanah yang diasosiasikan
              dengan  sumber  daya-sumber  daya  dalam  pemanfaatan  yang baru
              didasarkan  pada  hasrat  akumulasi kapital untuk  mengambil alih
              kendali atas  beberapa  faktor  produksi kunci, yaitu  tanah. Sementara
              itu ekstraksi dapat dikatakan sebagai alienasi sumberdaya untuk tujuan
              eksternal (nasional atau internasional).
                  Kedua,  land grab  berkaitan  dengan  transaksi tanah  berskala
              besar dalam 2 hal yang sangat berbeda tetapi memiliki dimensi yang
              berkaitan  yaitu  skala  dan  karakter  akuisisi tanah  serta  skala  dan
   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131