Page 182 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 182

Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi  157


              dalam  proses  konsultasi untuk  menempatkan  masyarakat  dengan
              prinsip free, prior and  informed. Proses  konsultasi lemah  meskipun
              secara  hukum  sudah  ada  prosedur  yang dimandatkan; 5) absennya
              pengawasan investasi dan sanksi bagi para pelanggar.

                  Fakta  menunjukkan  bahwa  meskipun  pemerintah  memiliki
              mandat yang jelas untuk melindungi hak adat pada level negosiasi
              yang berbeda (potret tanah, pemberian ganti rugi dan kesepakatan
              negosiasi antara  komunitas  dan  investor), proses  yang seringkali
              menghasilkan check and balances ini ternyata bertentangan dengan
              tujuan. Seringkali pemerintah mengikuti kepentingan dari industri
              yang di  saat  yang sama  bertentangan  dengan  mandat  hukum. Hal
              ini antara  lain  disebabkan  lebih  ke  persoalan  ideologis. Wacana
              modernisasi telah  mendorong pemerintah  membangun  komitmen
              percepatan perluasan industri berskala luas. Agen-agen pemerintah
              terjebak pada paham di mana investasi merupakan cara yang paling
              efektif untuk pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan,
              meningkatkan  neraca  perdagangan, meningkatkan  teknologi dan
              menghubungkannya dengan sektor-sektor ekonomi dan jasa untuk
              menstimulasi pembangunan pedesaan.
                  Ideologi diskriminatif mengenai penggunaan tanah-tanah adat
              semakin  menambah   rumit  persoalan  ini. Asumsi yang kemudian
              dimunculkan adalah tanah tanpa rumah atau pertanian permanen
              dikategorikan  sebagai tanah  yang tidak  digunakan  (unused),
              dan  penggunaan  tanah  dengan  pembakaran  atau  pengembaraan
              (pertanian  ladang berpindah, berburu  dan  meramu, pembakaran
              arang) dideinisikan  sebagai keterbelakangan  dan  praktik  yang
              merusak  lingkungan. Muncul juga  fakta  bahwa  konlik  kepentingan
              dan hasrat serta perilaku pencari investor juga menambah kompleks
              persoalan  ini. Di semua  negara, pemerintah  pusat  dan  daerah
              diberikan  insentif  yang tinggi, tidak  hanya  untuk  memperoleh
              pendapatan, tetapi juga  untuk  menciptakan  situasi yang bisa
              meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.
                  Dalam kasus di mana negara menggunakan mekanisme extra legal
              untuk mempengaruhi keuntungan ekonomi dari akuisisi tanah seperti
              di Tanzania, yang  muncul  kemudian adalah  konlik  kepentingan.
   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186   187