Page 234 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 234
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 209
perjanjian tanah yang dilakukan. Faktor pendorong land grab adalah
adanya tekanan yang semakin intensif pada tanah-tanah pertanian
yang subur, padang rumput, ataupun hutan. Pertumbuhan populasi
yang tinggi dan perubahan perilaku makan sebagian besar negara
telah menyebabkan tingginya permintaan akan pangan. Pada saat
yang sama, tanah pertanian semakin menghilang karena erosi,
salinisasi, pembangunan perumahan, dan di banyak tempat panen
gagal karena perubahan iklim. Krisis harga pangan dan energi pada
tahun 2007/2008 secara jelas menunjukkan bahwa sumber daya
semakin terbatas dan tanah menjadi komoditi yang berharga. Tanah
pertanian yang ada sekarang harus mencapai 515 juta hektar pada
tahun 2030 untuk menjamin kecukupan pasokan produk pangan,
energi dan kehutanan. Hanya separuh dari semua kebutuhan ini
bisa tercukupi, itupun jika tanah kosong dijadikan tanah pertanian.
Alternatifnya adalah mengkonversi hutan menjadi tanah pertanian.
Pangan yang diproduksi melalui landgrab sebagian besar
ditujukan untuk pasar ekspor. Meskipun negara menyediakan tanah
pertanian, hal ini tidak berarti pangan tersedia untuk pasar domestik,
terutama ketika pemerintah tidak bertangggung jawab dan harga
pasar dunia tidak stabil. Negara yang bergantung pada impor
pangan, akan terus menyerahkan tanahnya kepada investor asing
untuk meningkatkan pendapatan dan ketahanan pangan. Jarang
terjadi investasi pertanian benar-benar memberikan manfaat bagi
masyarakat lokal. Seperti misalnya mekanisme contract farming,
yang sebenarnya sangat merugikan petani karena harus tergantung
pada pembeli tunggal, mendapat penghasilan yang sangat rendah
dan sering mengalami kebangkrutan. Ketahanan pangan menurun
karena petani berhenti menanam bahan pangan pokok dan
menjadi bergantung dengan membeli makanan. Meskipun petani
mendapatkan penghasilan dari contract farming, mereka seringkali
dirugikan terutama ketika harga pangan naik. Petani bertransformasi
menjadi sumber buruh murah, dan akhirnya dalam kasus land
grabbing, mereka harus bekerja untuk investor seperti budak. Land
grabbing menjadi penyebab potensial dari konlik sosial dan ekologi.
Land grabbing menyebabkan tidak tersedia cukup tanah untuk
dikerjakan dan mampu memberi makan penduduk di negara yang