Page 236 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 236
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 211
kembali dan sebagian tanah ini dikonsesikan pada investor swasta
untuk memperoleh pendapatan dan mempromosikan pembangunan
wilayah pedesaan. Pengalokasian tanah tidak memenuhi persyaratan
hukum dan semakin memperparah korupsi yang dilakukan kelompok
elit. Konsekuensinya adalah kemiskinan dan kelaparan. Konsesi yang
terjadi juga telah mengingkari kepemilikan kolektif dan pemanfaatan
tradisional. Semua hak-hak ini dalam praktiknya terkalahkan oleh
konsesi hutan menjadi perkebunan.
Selain dampak buruk, tulisan ini juga menyoroti investasi
sebagai sebuah potensi memperoleh keuntungan bagi negara miskin.
Investasi dipandang dapat memberikan aliran dana untuk mendukung
pembangunan. Tetapi semua ini sangat tergantung pada pemerintahan
yang baik yang mengkaitkan pertanian dan pengalokasian tanah
sebagai strategi mengurangi kemiskinan dan membangun pedesaan.
Sayangnya investasi asing jarang mengkaitkan dirinya dengan proses ini.
Yang terakhir disinggung dalam tulisan ini adalah bahwa pembatasan
akses terhadap pangan dan sumber daya yang terjadi akibat land
grabbing dapat dikategorikan sebagai kekerasan hak asasi atas pangan.
Baik investor maupun pemerintah harus bertanggung jawab menjamin
akses pangan, bukan justru mengingkarinya
(DWP)
Keterangan: Artikel dapat diunduh di www.donorplatform.org
II.30. Veldman, Muriel et all. 2011. Socio-Economic impact of
Commercial Exploitation of Rwandan Marshes a Case Study
of Sugar Cane Production in Rural Kigali. International Land
Coalition.
Kata Kunci: Rwanda, tebu, konversi, rawa, livelihood
Dalam tulisannya ini, Veldman mengkaji dampak komersialisasi
lahan-lahan rawa di Rwanda. Kasus produksi tebu di daerah Kigali
merupakan potret yang dipakai Veldman untuk melihat dampak
sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat lokal. Rwanda memiliki
banyak lahan rawa yang secara tradisional diolah petani lokal. Pada