Page 287 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 287
262 Dwi Wulan Pujiriyani, dkk
tersebut, sejumlah LSM membela hak-hak komunitas lokal dengan
mengadopsi strategi ganda. Di satu sisi, mereka menyebutnya
sebagai advokasi reformasi sistem hukum, di sisi lain, sebagai
strategi jangka pendek, termasuk mekanisme resolusi konlik untuk
menolong masyarakat lokal ketika reformasi hukum yang lebih
luas sedang berlangsung. Dalam rangka mempromosikan resolusi
konlik, beberapa LSM nasional bergabung dalam The Roundtable on
Sustainable Palm Oil (RSPO), suatu inisiatif sertiikasi multi aktor.
Guna menelusuri pengaruh dari strategi ini, Castaneda mengusulkan
suatu diskusi mengenai “dispositif”. Konsep ini pertama kali
dikembangkan oleh Foucault dan selanjutnya dikembangkan lebih
lanjut melalui teori jaringan aktor (the actor network theory) dan
sosiologis prakmatik ala Prancis.
Dalam artikelnya, Castaneda memberikan argumentasinya
dalam dua hal. Di bagian pertama, ia bertujuan mendemonstrasikan
analisis secara teoritis bahwa istilah “dispositif” akan bermanfaat
dengan menghubungkannya pada konsepsi Foucault. Di bagian
kedua, Castaneda mendemonstrasikan potensi heuristik dari
konsep ini untuk menganalisis pengaruh keragaman dan terkadang
pengaruh kontradiktif dari proses sertiikasi sebagaimana yang
dirumuskan dalam The Roundtable on Sustainable Palm Oil.
(VRP)
Keterangan: Artikel dapat diunduh di http://www.future-agricultures.org
IV.12. Colchester, et al. 2006. Promised Land: Palm Oil and Land
Acquisition in Indonesia: Implication for Local Communities
and Indigenious People. England: Forest People Programme
(FPP); Bogor: Perkumpulan Sawit Watch.
Kata Kunci: Lampung, Kalimantan, Padang, sawit, masyarakat adat,
hak ulayat
Dalam tulisan ini, Colchester menjelaskan ekspansi perkebunan
kelapa sawit yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi masyarakat.
Tulisan ini merupakan kajian yang dilakukan oleh Forest People