Page 290 - Landgrabbing, Bibliografi Beranotasi
P. 290
Land Grabbing: Bibliografi Beranotasi 265
IV.13. Colchester, Pang, Chuo, Jalong. 2008. Tanah Menyara
Hidup: Hak-Hak Tanah dan Pengembangan Perladangan
Kelapa Sawit di Sarawak, Forest Peoples Programme (FPP) &
Perkumpulan Sawit Watch (SW)
Kata kunci: tanah, kelapa sawit, Sarawak, Dayak
Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Sarawak saat ini menimbulkan
konlik dengan masyarakat lokal. Menurut Perlembagaan Persekutuan,
tanah merupakan milik kerajaan Malaysia, dan dalam 30 tahun terakhir
telah memberi sekian banyak keuntungan dan kemakmuran bagi
golongan elit politik yang berkuasa. Masyarakat lokal di Serawak adalah
orang Dayak, juga etnis lainnya, dan umumnya tinggal di kawasan hutan
pedalaman dan perbukitan. Meskipun etnis Dayak merupakan kelompok
terbesar di Sarawak, namun kekuasaan politik mereka terbatas.
Colchester, dkk, mengidentiikasi adanya kemajemukan produk
hukum – khususnya hukum adat dan hukum kerajaan – di Sarawak
berkontribusi pada kerumitan kepemilikan tanah. Sepanjang sejarah
masyarakat Sarawak, rezim-rezim yang berkuasa di Sarawak telah
mereduksi peran hukum adat masyarakat setempat, terutama dalam
hal tenurial. Akibatnya, posisi hukum masyarakat adat di Sarawak
sangat lemah. Dalam berbagai kasus, banyak tuntutan masyarakat
adat terhadap kepemilikan tanah gugur atau ditolak.
Sektor penanaman kelapa sawit di Malaysia makin berkembang
dengan nilai ekspor melebihi 35 miliar Ringgit Malaysia pada
tahun 2007, didorong pula dengan permintaan dunia untuk bahan
bakar hayati (bio-fuels). Dengan demikian, maka Sarawak menjadi
sasaran untuk perluasan perladangan kelapa sawit, khususnya
karena masalah kekurangan tanah di Semenanjung (Malaka).
Sejak 30 tahun yang lalu, Sarawak telah merintis tanaman kelapa
sawit tetapi manajeman kerajaan kurang sukses. Maka Kerajaan
Sarawak menyertakan pihak swasta dalam penanaman kelapa sawit,
termasuk di atas Tanah Adat Orang Asal (Native Customary Lands)
agar mencapai target budi daya hingga 1 juta hektar pada tiga tahun
yang akan datang. Penanaman dilakukan juga di atas tanah adat
dalam luas 60.000-100.000 hektar setahun.